search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sosok Raja Bali Saat Bertemu Belanda Tahun 1500-an
Minggu, 21 Agustus 2022, 11:07 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Sosok Raja Bali Saat Bertemu Belanda Tahun 1500-an

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Raja Bali pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1500-an, digambarkan sebagai sosok yang punya keingintahuan besar terhadap hal-hal baru yang dibawa pendatang asing. Raja Bali saat itu digambarkan sebagai sosok perkasa tinggi besar dan memiliki 200 orang istri.

Gambaran sosok Raja Bali di tahun 1500-an ini antara lain ditulis oleh Aernoudt Lintgenzoon, seorang warga Eropa yang berada di Bali dalam jangka waktu lama. Tulisan berjudul "Verhael Bant Gheenne mij op't eijllant van baelle" atau "The Story of What Befell Me on The Island of Bali (1856)" ini dibuat sebagai laporan kepada para donatur pelayaran pertama bangsa Belanda.

Saat berada di Bali, Aernoudt Lintgenzoon dibantu  oleh Juan seorang warga Portugis yang ditunjuk sebagai penerjemah para penjelajah Belanda. Dengan kapal penjelajah asal negeri Belanda "Jan Maulenar", Lintgenzoon dan Juan mendarat di pantai Bali. Dalam tulisan diceritakan, setelah berjalan melewati tebing berlubang mereka akhirnya tiba di "Couten" (Kuta) dan bertemu dengan "Kijlloer" atau Menteri Utama yang menjadi kepercayaan Raja Bali waktu itu.

Menteri Utama Raja Bali yang disebut "Kijlloer" menanyakan apakah Aernoudt Lintgenzoon dan rombongan dari Belanda akan menghadap Raja Bali, dan apakah sudah membawa cenderamata seperti manik-manik, sejumlah uang, dan kain beludru.

Esok paginya, dua jam setelah matahari terbit, ada pesan dari raja, agar Aernoudt Lintgenzoon dan rombongan dari Belanda datang ke Istana raja (tidak disebutkan lokasinya). Mereka harus naik turun tujuh anak tangga untuk sampai di Istana.

Raja duduk di dalam pondok kecil dari kayu. Atapnya dari anyaman jerami, menyerupai rumah panggung. Mereka kemudian duduk dekat raja dan memberikan cenderamata gelas kristal, manik-manik, enam "piece of eight" (uang yang dibawa penjelajah asing) dalam dompet.

Sang Raja (diduga Dalem Seganing, raja Bali yang pertama kali bertemu pendatang Belanda pada tahun 1597), menanyakan jumlah orang dan senjata yang dibawa rombongan kapal Belanda yang mendarat di dekat Kuta. Dijawab kapal membawa 80 laki-laki dewasa dan 50 senjata berat dan senapan serta mesiu. Raja juga meminta penjelajah Belanda yang menghadap untuk mencoba senapan yang dihadiahkan kepada Raja.

Dalam pertemuan ini, Raja Bali juga minta dibawakan peta dunia, karena raja penasaran dengan letak Negeri Belanda. Raja juga menanyakan usia para penjelajah Belanda dan keluarga mereka di Belanda.

Raja mendapat penjelasan bahwa di Belanda waktu itu tidak boleh menikah di bawah usia 26 tahun. Sementara Raja Bali menjelaskan bahwa di "Baelle" (Bali) waktu itu pria boleh menikah di usia 12 tahun dan 9 tahun untuk wanita. Usai menghadap raja, rombongan penjelajah Belanda pamit dengan cara mundur setengah jongkok sambil menunduk menjauhi raja.

Raja Bali saat itu digambarkan sebagai sosok pria perkasa tinggi besar berumur 40-50 tahun. "Raeij De Baelle" atau Raja dari Pulau Baelle ini memiliki 200 istri dan satu anak laki 20 tahun yang akan menggantikannya sebagai raja. Juga ada 2 anak kecil raja yang duduk di dekat para bangsawan.

Raja juga merawat 50 orang cacat termasuk orang kerdil. Raja digambarkan sebagai sosok penuh rasa ingin tahu dan punya pengikut di seluruh negeri yang jumahnya terus bertambah. Raja selalu menawarkan persahabatan dan antusias dengan pendatang dari negara-negara asing.
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami