Gubernur Koster Minta PHDI agar Syarat Jadi Sulinggih Ditekankan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Gubernur Bali, Wayan Koster menerima audiensi pengurus PHDI Bali, pada Sabtu 24 September 2022 di Rumah Jabatan Jaya Sabha, Denpasar.
Audiensi yang dipimpin Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak itu untuk menyampaikan hasil-hasil Lokasabha VIII PHDI Bali, memperkenalkan pengurus masa bhakti 2022-2027, serta menyampaikan program kerja dalam hal pelayanan kepada umat.
"PHDI berkomitmen menjaga nilai-nilai yang diwariskan leluhur, siap selalu bersinergi dan saling menguatkan dengan pemerintah," ujar Nyoman Kenak kepada Gubernur Bali.
Pertemuan ini menurut Kenak amatlah penting. Sebab sebagai lembaga yang legal, tentu segala kegiatan dan program kerja harus diketahui dan taat kepada aturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Saat itu Kenak juga mengapresiasi sepak terjang Gubernur Bali melalui visi Nangun Sat Kerti Loka Bali.
Kedatangan pengurus PHDI tersebut disambut hangat oleh Gubernur Bali. Melalui pertemuan hampir satu jam itu, Koster menyinggung banyak informasi tentang kondisi Bali, salah satunya menekankan agar PHDI ikut menjaga taksu Bali dari aspek keagamaan.
Gubernur mengajak agar PHDI Bali bersama-sama menjaga nilai-nilai kearifan lokal Bali yang diwariskan oleh para leluhur, dan mesti bersikap tegas untuk menolak nilai-nilai budaya luar yang bisa merusak keluhuran tradisi adat, budaya dan agama di Bali. Untuk itu Gubernur mengajak PHDI Bali ikut menjaga Taksu Bali.
Lebih dalam, Gubernur juga menekankan agar syarat-syarat untuk menjadi Sulinggih diterapkan dengan disiplin.
"Kalau yang rusak itu jalan, asalkan ada dananya, gampang memperbaikinya. Tapi, kalau yang rusak itu adalah budaya dan tradisi, yang merupakan warisan paling unik di Bali, tidak gampang memperbaikinya," ujar Koster.
Gubernur Koster dalam kesempatan itu meyampaikan banyak hal tentang cita-citanya menjaga Bali. Dengan santai dan menyebutkan uraiannya yang panjang lebar seperti ’curhat’, Koster juga berkali-kali menyampaikan pujian dan penghargaan kepada para leluhur Hindu di Bali, yang menciptakan tradisi agama, budaya dan cara hidup yang menjaga alam, manusia, dan Tuhan secara selaras.
"Dulu belum ada universitas, belum ada yang bergelar tinggi-tinggi, tetapi beliau menciptakan budaya yang luar biasa. Beliau, para leluhur itu tidak bergelar tinggi, tapi saya yakin beliau-beliau itu adalah orang suci, yang memperoleh konsep-konsep, misalnya Parahyangan Ngider Bhuana (Pura-pura yang dibangun di sembilan penjuru mata angin Pulau Bali), menciptakan aksara Bali, seni, musik, tarian, dan lain sebagainya. Bahkan, orang luar pun belajar ke Bali, dan mengapa kita tidak sekuat tenaga melestarikannya. Ingat kata-kata Bung Karno, kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India," katanya.
Melalui Ketua PHDI Bali dan Dharma Upapati, disampaikan bahwa PHDI Bali telah menyikapi berbagai curahan hati, visi dan misi Gubernur Bali tersebut, dalam Pasamuhan Paruman Pandita PHDI se-Bali tanggal 10 Juni 2021 di Pura Besakih, juga sudah ada SKB PHDI-MDA tanggal 16 Desember 2020, yang secara kelembagaan telah mencetuskan sikap tegas untuk menjaga nilai-nilai budaya, tradisi dan agama Hindu Dresta Bali dari pengaruh sampradaya asing.
Yang diperlukan sekarang adalah, bagaimana implementasi kebijakan pemerintah sebagai Guru Wisesa, dan lembaga seperti PHDI sebagai lembaga umat Hindu dan MDA sebagai majelis desa adat, yang kedepan mesti disinergikan, agar visi-misi menjaga alam dan budaya Bali dalam keajegan tradisi yang diwarisi oleh para leluhur, bisa terlaksana.
Sementara Dharma Upapati PHDI Bali menyampaikan, keberadaan PHDI dan kebersamaannya dengan pemerintah Provinsi Bali, sangat penting untuk diamalkan, agar upaya menjaga dan merawat Bali dari pengaruh-pengaruh global, bisa saling memperkuat.
Editor: Robby
Reporter: bbn/dps