search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
AS dan Iran Memanas Lagi, Ada Apa?
Rabu, 5 Oktober 2022, 08:12 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/AS dan Iran Memanas Lagi, Ada Apa?

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS) memanas. Ini akibat kematian Mahsa Amini, yang mengundang protes keras warga di negeri Syiah itu.
Paman Sam telah berjanji "menghukum" Iran atas tindakan kerasnya melada demonstran. Itu bahkan ditegaskan langsung Presiden AS Joe Biden.

"Pekan ini, AS akan mengenakan biaya lebih lanjut pada pelaku kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai," kata Biden dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP, Rabu (5/10/2022).

"Kami akan terus meminta pertanggungjawaban pejabat Iran dan mendukung hak-hak warga Iran untuk memprotes secara bebas," tambahnya.

Biden mengatakan dirinya sangat prihatin. Menurutnya ada laporan penindasan yang semakin intensif terhadap para pengunjuk rasa.

"Washington mendukung semua warga Iran yang menginspirasi dunia dengan keberanian mereka," tegasnya lagi.

Protes masal meletus setelah kematian Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun yang ditahan oleh oleh polisi moral Iran karena tidak menggunakan hijab secara tepat. Diketahui, Iran telah mengambil kebijakan ketat soal penggunaan hijab setelah memberlakukan Hukum Islam pasca revolusi 1979.

Pejabat Iran berdalih bahwa wanita asal Kurdistan itu meninggal pada 16 September lalu setelah menderita "serangan jantung" dan jatuh koma setelah penangkapannya.

Namun, keluarganya mengatakan dia tidak memiliki kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya. Pihak berwenang sendiri sejauh ini telah mengatakan akan melakukan investigasi terhadap kematiannya.

Hal ini pun sontak memicu protes besar yang juga diisi wanita dalam jumlah besar. Beberapa pengunjuk rasa wanita telah melepas dan membakar jilbab mereka dalam aksi unjuk rasa dan memotong rambut mereka.

Selain itu, para demonstran wanita juga menari di dekat api unggun besar dengan tepuk tangan sambil meneriakan yel-yel. "Perempuan, hidup, kebebasan", ujar mereka.

Namun hal tersebut dibalas pemerintah dengan tindakan refresif. Sejumlah pengunjuk rasa tewas dan 1.000 ditangkap.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga menyuarakan keprihatinan. Dalam demo Minggu kemerin misalnya, polisi anti huru hara Iran menggunakan gas air mata dan senjata paintball terhadap ratusan mahasiswa Universitas Teknologi Sharif Teheran.

Sementara itu, Iran menuduh AS sebagai negara yang munafik. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran, Nasser Kanani, mengatakan ancaman sanksi itu sendiri merupakan pelanggaran besar terhadap bangsa Iran.

"Akan lebih baik bagi Tuan Joe Biden untuk berpikir sedikit tentang catatan hak asasi manusia di negaranya sendiri sebelum membuat gerakan kemanusiaan, meskipun kemunafikan tidak perlu dipikirkan," katanya dikutip laman yang sama.

Pernyataan ini sendiri menyambung ucapan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei. Ia sebelumnya menuduh AS dan Israel menjadi dalang dari aksi demonstrasi masal yang memprotes kematian Amani.

"Saya katakan dengan jelas bahwa kerusuhan dan ketidakamanan ini direkayasa oleh Amerika dan pendudukan, rezim Zionis palsu, serta agen bayaran mereka," katanya.(sumber: cnbcindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami