Peringatan Bom Bali, Yenny Wahid Ingatkan Pesan Gus Dur
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Ada pemandangan menarik dari peringatan Bom Bali 1 yang digelar Polri di pantai Hotel Merusaka, Nusa Dua, Rabu 12 Oktober 2022. Dimana, tragedi yang sudah 20 tahun berlalu itu diwarnai pelepasan tukik, penyu hingga burung dara.
Peringatan Bom Bali 1 itu dihadiri Kepala Detasemen Khusus (Kadensus) 88 Anti Teror Polri Irjenpol Martinus Hukom. Selain kepolisian negara sahabat, tokoh masyarakat Yenny Wahid, serta sejumlah keluarga korban Bom Bali juga dihadirkan.
Irjen Martinus mengatakan peristiwa Bom Bali 1 ini menewaskan 202 orang, melukai 164 WNA dan 38 WNI. Untuk mengenang peristiwa yang mengguncang masyarakat dunia itu, Irjen Martinus menyampaikan tiga hal yang harus diperhatikan, yakni pertama kehidupan, kedua kebebasan dan ketiga keseimbangan.
Menurutnya berbicara tentang kehidupan, manusia mempunyai hak-hak hidup yang sama. Tapi tidak ada seorang pun yang boleh mengambil hak hidup orang lain. Apalagi bibit terorisme akan muncul ketika seseorang mulai memiliki rasa ego dalam diri dan ingin memiliki martabat lebih dari orang lain.
"Ketika manusia mulai melupakan orang lain memiliki martabat dan hak hidup yang sama, maka mulai terjadi hegemoni dan penzoliman," ungkapnya.
Jenderal bintang dua dipundak itu pun mengajak seluruh lapisan masyarakat agar saling merawat kehidupan untuk menciptakan perdamaian. Hal itu tak akan terwujud jika hanya dilakukan sendirian.
"Setiap manusia punya keinginan untuk hidup bebas. Tidak boleh ada orang yang menuntut kebebasan dengan merebut kebebasan orang lain," tegasnya.
Dikatakannya lagi, setiap manusia perlu memiliki rasa toleransi dalam diri untuk saling menghormati batas-batas kebebasan masing-masing. Setelah hak hidup dan kebebasan bisa berjalan selaras, akan tercipta keseimbangan bagi manusia untuk hidup perdampingan.
"Geseken-gesekan di tengah masyarakat yang berpotensi memicu perpecahan bahkan mengarah ke terorisme akan bisa dihadapi dengan terawatnya kehidupan, kebebasan dan keseimbangan," tambahnya.
Peringatan Bom Bali ini diwarnai dengan pelepasan 66 tukik, 6 penyu dan 100 burung dara. Nantinya, acara akan dilanjutkan dengan reuni bersama para pelaku sejarah, korban selamat, keluarga korban meninggal, petugas keamanan, petugas evakuasi dan unsur lainnya, untuk berikutnya menggelar peringatan di Monumen Ground Zero, Kuta.
Baca juga:
Mengenang Tragedi Bom Bali II Oktober 2005
Menanggapi hal ini, Yenny Wahid mengatakan dalam mengenang peristiwa Bom Bali ini mengingatkan semua pihak agar menguatkan kembali komitmen dalam memerangi terorisme. Dia membeberkan banyak sekali yang menjadi faktor pendorong orang menuju tindakan radikal.
Seperti rasa putus asa, kegelisahan, kecemasan, rasa pesimis menatap masa depan, kemudian ada ketidakadilan yang orang lihat dan rasakan, baik di masyarakat maupun yang dialaminya sendiri.
"Apalagi kalau bertemu dengan mentor-mentor yang menggunakan bahasa-bahasa yang langsung masuk ke sisi emosinya, biasanya bahasa agama dan politik, ini sangat mudah diradikalisasi," tandasnya.
Untuk itu, faktor-faktor ini harus diatasi. Seperti dengan membangun kebersamaan, saling menguatkan, hingga memupuk toleransi. Dia juga menyampaikan pesan dari Gus Dur bahwa Tuhan tidak perlu dibela. Yang perlu dibela justru adalah mahkluknya yang dianiaya oleh satu sama lainnya.
"Kita melihat tragedi Bom Bali menggambarkan itu semua, bahwa ada orang-orang yang mengatasnamakan tuhan kemudian melakukan tindakan terorisme melukai orang lainnya yang merupakan mahkluk tuhan juga," ucapnya.
"Padahal, salah satu cara memuliakan Tuhan adalah dengan melindungi semua mahkluknya, apapun latar belakang agama atau keyakinannya," tandasnya.
Editor: Robby
Reporter: bbn/bgl