search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Xi Jinping Punya Trik Baru Atasi 'Resesi Seks' Cina
Minggu, 16 Oktober 2022, 16:07 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Xi Jinping Punya Trik Baru Atasi 'Resesi Seks' Cina

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Presiden Cina Xi Jinping mengumumkan negaranya akan memberlakukan kebijakan meningkatkan angka kelahiran. Keputusan itu dibuat setelah Cina mengalami penurunan populasi dalam waktu dekat yang bisa merugikan negara itu.

"Kami akan menetapkan sistem kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran dan mengejar strategi nasional proaktif dalam menanggapi penuaan populasi," kata Xi Jinping dalam pidato pembukaan Kongres Partai Komunis, dikutip dari Reuters, Minggu (16/10/2022).

Pada 1980-2015, Cina memberlakukan kebijakan satu anak. Kemudian ditingkatkan menjadi tiga anak setelah negara dengan jumlah warganya 1,4 miliar orang tersebut berada di ambang penurunan demografis.

Ahli demografi mengatakan kelahiran di Cina akan turun ke rekor terendah, yakni di bawah 10 juta dari10,6 juta bayi yang tercatat tahun lalu. Penurunan juga terjadi pada 2020 sebesar 11,5 persen.

Tingkat kesuburan pada 2021 juga tercatat 1,16, di bawah standard 2,1 OECD untuk populasi stabil dan termasuk terendah di dunia.

Sejumlah upaya selama satu tahun terakhir juga dilakukan otoritas Cina. Mulai dari pengurangan pajak, cuti hamil lebih lama, asuransi kesehatan yang ditingkatkan, subsidi perumahan, uang tambahan untuk anak ketiga serta tindakan keras pada les privat mahal.

Namun ternyata berdasarkan survei dari think-tank Yuwa Population Research menunjukkan keinginan wanita Cina untuk memiliki anak merupakan yang terendah di dunia.

Menurut para demografer, langkah yang diambil pemerintah Cina tidak cukup. Masih ada banyak alasan lain yang perlu ditangani untuk masalah tersebut, mulai dari biaya pendidikan tinggi, upah rendah, jam kerja sangat panjang, dan kebijakan Covid-19 serta kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami