Awas Perang Dahsyat Pecah, Putin Kirim Rudal Hipersonik Rusia
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan mengirimkan rudal jelajah hipersonik baru ke Samudera Atlantik. Ini seiring diterjunkannya kapal perang fregat Gorshkov ke wilayah itu, Samudera Hindia dan Laut Mediterania.
"Kali ini kapal dilengkapi dengan sistem rudal hipersonik terbaru, Zirkon, yang tidak memiliki analog," kata Putin dalam kemunculan terbaru, Rabu (4/1/2023) waktu setempat.
"Saya ingin mendoakan kesuksesan awak kapal dalam pelayanan mereka demi kebaikan Tanah Air," tambahnya.
Langkah terbaru Rusia ini dilakukan seiring masih memanasnya hubungan dengan Barat soal perang di Ukraina. Serangan terbaru Ukraina ke basis tentara Rusia di Ukraina Timur, 1 Januari, dilaporkan telah menewaskan 89 pasukan Putin.
Angka tersebut adalah klaim Rusia. Sementara Kyiv menyebut setidaknya 400 tentara Putin temas.
Hal tersebut membuat kemarahan di Rusia. Putin bahkan diminta meluncurkan "mobilisasi" umum.
"Saya yakin bahwa senjata yang kuat seperti itu akan memungkinkan untuk melindungi Rusia secara andal dari potensi ancaman eksternal dan akan membantu memastikan kepentingan nasional negara kita," tegas Putin lagi dikutip AFP dari media Rusia.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menggambarkan bagaimana "kuatnya" Zirkon. Senjata yang juga dikenal sengam nama Tsirkon itu disebutnya mampu memberikan serangan tepat dan kuat tak hanya di laut tapi juga darat.
"Zircon, dapat mengatasi sistem pertahanan rudal apa pun. Rudal tersebut terbang dengan kecepatan sembilan kali kecepatan suara dan memiliki jangkauan lebih dari 1.000 km," kata Shoigu.
"Fokus utama dari misi ini adalah melawan ancaman terhadap Rusia dan mendukung perdamaian dan stabilitas regional bersama dengan negara-negara sahabat," ujarnya lagi.
Perlu diketahui, Rusia, China, dan Amerika Serikat (AS), saat ini sedang dalam perlombaan senjata hipersonik, dengan kecepatannya di atas lima kali kecepatan suara. Target senjata hipersonik jauh lebih sulit untuk dihitung daripada rudal balistik antarbenua.
Rusia sendiri berperang di Ukraina sejak Februari 2022. Kekhawatiran muncul di mana perang diyakini akan makin melebar, membawa dunia pada ancaman perang nuklir atar perang dunia 3.
"Tentu saja, para pemimpin Barat harus menjaga pintu terbuka untuk penyelesaian dengan menjelaskan kepada Kremlin manfaat, terutama keringanan sanksi, yang akan mengikuti kesepakatan yang dapat diterima Ukraina," tulis opini dalam website International Crisis Group, organisasi independen yang bekerja untuk mencegah perang.
"Namun, untuk saat ini, mereka menilai bahwa, untuk semua kengerian perang, mendukung Ukraina, bahkan dengan risiko eskalasi nuklir, lebih baik daripada membiarkan Rusia menang melalui kampanye militer brutal dan ancaman nuklir," tambah pandangan yang dimuat 1 Januari itu.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net