Oedipus Complex: Konflik Batin Dalam Fase Perkembangan Psikoseksual Anak Laki-Laki
beritabali.com/ist/Oedipus Complex: Konflik Batin Dalam Fase Perkembangan Psikoseksual Anak Laki-Laki
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Semalam seorang Ibu bertanya tentang anak laki-lakinya yang berusia 4 tahun, sebut saja bernama Adam, mulai menunjukkan tanda-tanda yang dianggapnya sebagai Oedipus Complex. Diceritakan Adam sering kali bertengkar dengan ayahnya dan tampak cemburu ketika melihat ayahnya dekat dengan ibunya.
Saat dimintai alasan, Adam mengaku bahwa ia ingin selalu dekat dengan ibunya dan tidak ingin ada orang lain yang mendekatinya, termasuk ayahnya. Ia juga sering meminta agar ibunya tidak meninggalkannya dan selalu menemaninya. Meski demikian, Adam juga terlihat takut dengan sikap ayahnya saat marah dan seringkali menghindar dari ayahnya. Itu yang disampaikan oleh si Ibu.
Bisa diduga, perilaku Adam tersebut menunjukkan konflik batin yang terjadi dalam fase perkembangan alaminya sebagai anak laki-laki yang mengalami hasrat seksual terhadap ibunya dan cemburu terhadap ayahnya yang disebut kompleks oedipus atau Oedipus Complex.
Istilah Oedipus Complex pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud, tokoh yang disebut sebagai bapak psikoanalisis, sebagai sebuah konsep dalam teori perkembangan manusia yang menjelaskan kecenderungan anak laki-laki untuk memiliki hasrat seksual terhadap ibu mereka dan rasa cemburu terhadap ayah mereka. Kompleks ini menjadi topik kontroversial secara akademis, namun tetap menarik untuk dibahas. Kasus Adam, memberikan contoh nyata dari Oedipus Complex.
Dalam teorinya Freud menyebutkan bahwa Oedipus Complex adalah fase perkembangan alami pada masa kanak-kanak di mana anak laki-laki mengalami konflik batin karena hasrat seksual yang tidak disadari terhadap ibunya dan takut kehilangan cinta dan kasih sayang dari ayahnya.
Pada fase ini, anak laki-laki cenderung merasa bersaing dengan ayah mereka dan mencoba mengalahkannya dalam persaingan untuk mendapatkan kasih sayang ibu. Namun, karena rasa takut terhadap hukuman dari ayah mereka, anak laki-laki kemudian mengubah hasrat seksual mereka dan mengidentifikasi diri mereka dengan ayah mereka, sehingga mengembangkan identitas gender dan orientasi seksual yang sehat.
Pada kasus Adam, terlihat bahwa ia sedang mengalami konflik batin pada fase perkembangan ini. Ia seringkali menunjukkan kecemburuan dan kesulitan dalam membagi kasih sayang ibunya dengan ayahnya.
Adam ingin selalu dekat dengan ibunya dan tidak ingin ada orang lain yang mendekatinya, termasuk ayahnya. Hal ini menunjukkan hasrat seksual yang tidak disadari terhadap ibunya dan perasaan takut kehilangan kasih sayangnya.
Adam juga menunjukkan sikap cemburu terhadap ayahnya. Ia merasa tidak senang ketika ayahnya mendekati ibunya, dan bahkan cenderung bertengkar dengan ayahnya. Hal ini menunjukkan rasa saingan yang kuat terhadap ayahnya, dan merupakan salah satu ciri dari Oedipus Complex. Adam ingin menjadi pria yang kuat dan memiliki hubungan yang baik dengan ibunya, sehingga merasa terancam oleh kehadiran ayahnya yang juga ingin mendapatkan kasih sayang dari ibunya.
Meski demikian, tidak seluruh perilaku Adam menunjukkan kecenderungan yang berbahaya atau mengancam kesehatan mentalnya. Seperti halnya anak-anak pada umumnya, Adam masih sedang mengalami proses perkembangan yang normal dan memiliki kecenderungan batin yang alami dalam fase ini. Perilaku Adam tersebut merupakan bagian dari tahapan perkembangan yang wajar dalam kehidupan anak, namun harus dipahami dengan bijak oleh para orang tua.
Baca juga:
Apa Saja Bahaya Hubungan Seks di Usia 'ABG'?
Tips buat para orang tua menghadapi anak oedipus complex:
Bagi orang tua yang memiliki anak yang sedang mengalami fase perkembangan Oedipus Complex, berikut beberapa tips yang dapat membantu menghadapinya.
1. Berbicara dengan anak secara terbuka: Orang tua perlu membuka komunikasi dengan anak dan memahami apa yang sedang dirasakan oleh anak. Mendengarkan dan memberikan perhatian pada anak dapat membantu anak merasa diterima dan dicintai.
2. Jangan mengabaikan perasaan anak: Orang tua perlu memperhatikan perasaan anak dan tidak mengabaikan kesulitan yang sedang dialaminya. Memberikan pengakuan dan dukungan emosional dapat membantu anak merasa aman dan lebih terbuka.
3. Jangan membesar-besarkan masalah: Orang tua perlu mengingat bahwa fase perkembangan Oedipus Complex adalah bagian dari proses perkembangan alami dan normal pada anak. Jangan membesar-besarkan masalah dan menjadikannya sebagai hal yang serius atau mengancam.
4. Berikan contoh dan model yang baik: Orang tua dapat memberikan contoh dan model yang baik tentang hubungan yang sehat antara ayah dan ibu. Hal ini dapat membantu anak belajar mengenai hubungan yang sehat dan menciptakan hubungan yang harmonis antara keluarga.
5. Jangan mengabaikan hubungan dengan ayah: Orang tua perlu memperhatikan hubungan antara ayah dan anak, serta membangun hubungan yang positif dan baik antara ayah dan anak. Hal ini dapat membantu anak merasa nyaman dengan kedua orang tuanya dan mengurangi rasa cemburu terhadap ayahnya.
6. Bicarakan dengan profesional: Jika orang tua merasa kesulitan dalam menghadapi anak yang sedang mengalami Oedipus Complex, bisa mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau psikiater anak. Mereka dapat membantu dalam memahami kondisi anak dan memberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Perlu diingat bahwa fase perkembangan Oedipus Complex merupakan tahapan perkembangan alami pada anak dan tidak selalu mengindikasikan adanya masalah atau gangguan psikologis. Namun, sebagai orang tua, perlu memberikan perhatian dan dukungan yang memadai bagi anak untuk membantu anak melewati tahap ini dengan baik.
Editor: Juniar
Reporter: bbn/oka