Ganjar dan Koster Tolak Timnas Israel Dinilai Bentuk Intervensi Kekuasaan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Anggota Exco PSSI periode 2003-2011 Subardi menanggapi sikap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster yang menolak keras Timnas Israel bermain di Indonesia.
Ia menilai hal ini merupakan bentuk diskriminasi dan intervensi kekuasaan. Sikap kedua kepala daerah itu, kata Subardi, berakibat fatal.
Menurut Subardi, sikap yang bermuatan politik itu bertentangan dengan peraturan FIFA yang diratifikasi PSSI. Dia mengatakan PSSI harus menjaga independensi, netralitas, serta menghindari segala campur tangan politik. Selain itu, dia menyebut segala bentuk diskriminasi sangat dilarang dan bisa disanksi oleh FIFA.
Baca juga:
Ungkap Kehadiran Israel di Indonesia, Dino Patti Djalal: Apakah Kita lebih Palestina dari Palestina?
“Kalau bicara sepak bola ya hukumnya sepak bola. Jangan campurkan dengan kekuasaan politk. Pelarangan Israel itu bentuk diskriminasi dalam aturan FIFA. Israel anggota FIFA, maka harus diberlakukan sama. Tidak boleh ada inetervensi, penolakan, dan lain-lain,” kata Subardi dalam keterangannya, Kamis, 30 Maret 2023.
Subardi mengatakan keputusan FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tak hanya merugikan sepak bola tanah air, melainkan juga mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia. Bahkan, kata dia, PSSI mesti bersiap jika FIFA bakal menjatuhkan sanksi.
"Kita menanggung malu di mata dunia. Kita juga bersiap menerima sanksi dari FIFA. Ini sangat memalukan," kata bekas Manajer PSS Sleman itu.
Subardi menjelaskan, dalih menolak Timnas Israel untuk faktor kemanusiaan justru membuka ruang diskriminasi. Pasalnya, kata dia, semua ras, suku, agama, mendapatkan kesempatan yang sama untuk bermain dalam sepak bola.
Dia mengatakan ada prinsip independen dan kesetaraan yang dimuat dalam Statuta. Menurut Subardi, sepak bola berbeda dengan politik dan mestinya tidak dibenturkan.
Di sisi lain, Subardi mengatakan Indonesia kehilangan momentum untuk tampil dalam event bergengsi FIFA sebagai buntut dicoretnya Indonesia menjadi tuan rumah. Kerugian lainnya, dia melanjutkan, Indonesia akan dicoret dari sepak bola internasional.
Subardi menyebut dampaknya Timnas Indonesia tidak bisa ambil bagian pada kompetisi apapun. Pun dalam level klub. Menurut dia, wakil Indonesia mungkin akan dicoret dari Liga Champions Asia atau AFC Club. Munculnya ancaman ini disebut Subardi membuat pembinaan sepak bola Indonesia makin merosot.
Padahal, Subardi menyebut penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah merupakan sebuah anugerah. Sebab, kata dia, belum tentu 100 tahun mendatang Indonesia akan menjadi tuan rumah kembali. Ia menyebut anugerah ini lenyap seketika kala FIFA memutuskan mencoret Indonesia sebagai tuan rumah.
"Anggaran persiapan sudah mencapai Rp 1,4 Triliun. Bagaimana pertanggung jawabannya? Apa kepala daerah itu bisa tanggung jawab? Kalau sudah gaduh begini, kita dipermalukan di mata dunia,” kata Subardi.
Pengumuman pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 diambil setelah Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir bertemu di Doha, Qatar, Rabu, 29 Maret 2023. Erick diutus oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk melakukan pertemuan tersebut.
"FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023," demikian pengumuman FIFA dalam laman resminya.
Setelah mengumumkan pembatalan itu, FIFA juga menyinggung soal kemungkinan sanksi buat Indonesia. "Potensi sanksi terhadap PSSI juga bisa diputuskan pada tahap selanjutnya," kata mereka.
"FIFA ingin menggarisbawahi, bahwa terlepas dari keputusan tersebut, kami tetap berkomitmen untuk aktif membantu PSSI, bekerja sama erat dan dengan dukungan pemerintahan Presiden Widodo, dalam proses transformasi sepak bola Indonesia pascatragedi yang terjadi pada Oktober 2022."
Sementara itu, Erick Thohir menyatakan menerima keputusan FIFA tersebut. Keputusan FIFA sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia yang beranggotakan 211, dari berbagai dunia, kata Erick, tak bisa ditolak lagi. Indonesia, kata dia, sebagai salah satu anggota FIFA, harus mengikuti aturan, kewenangan dan keputusan yang diberikan FIFA
"Saya sudah berjuang maksimal. Setelah menyampaikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu," kata Erick.(sumber: tempo.co)
Editor: Robby
Reporter: bbn/net