Sekjen NATO Usul Ukraina Gabung Tanpa Restu Negara Anggota
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Sekretaris Jenderal Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, menyarankan Ukraina bisa menjadi anggota aliansi tanpa persetujuan anggota.
Stoltenberg mengatakan kepala negara anggota NATO "memberi sinyal positif" terkait keanggotaan Ukraina.
"[Negara anggota] menghapus persyaratan untuk Rencana Aksi Keanggotaan (Membership Action Plan/MAP) untuk Ukraina," kata Stoltenberg kepada jurnalis pada Senin (10/7), seperti dikutip Russia Today.
Di kesempatan terpisah pada Selasa, Stoltenberg mengatakan perubahan aksesi ini "dari proses dua langkah menjadi proses satu langkah."
Ia mengatakan, usulan tanpa aksesi MAP merupakan salah satu dari tiga elemen dalam program multi-tahunan yang diusulkan untuk Ukraina.
Stoltenberg juga mengatakan, pemerintah Kyiv akan terikat dengan NATO secara politik melalui dewan Ukraina-NATO yang baru. Pertemuan perdana mereka akan berlangsung pada Kamis.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengungkapkan akan membahas peta jalan untuk keanggotaan Ukraina di NATO selama pertemuan di Vilnius.
"Seperti yang Presiden Biden katakan, mengajak Ukraina ke dalam Aliansi sekarang saat kita berada di Vilnius akan membuat NATO masuk ke dalam perang dengan Rusia," ujar Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, seperti dikutip CNN.
Ia lalu berkata bahwa Ukraina masih "memiliki langkah lebih lanjut untuk menempuh jalur reformasi" sebelum bergabung dengan NATO.
NATO tengah menggelar pertemuan puncak di Ibu Kota Lithuania, Vilnius, pada 11-12 Juli.
Presiden Ukraina diperkirakan akan hadir pada pertemuan itu.
Zelensky dan pejabat lain Ukraina sudah berulang kali meminta NATO untuk memberi peta jalan pemerintah Kyiv guna menjadi anggota NATO.
Ia disebut mengancam akan memboikot acara ini, jika permintaan itu tak terpenuhi.
Pada 2008, NATO berjanji bahwa Ukraina nantinya akan menjadi sekutu aliansi ini. Di saat yang sama, Rusia memperingatkan langkah tersebut melanggar garis merah. Sebab, ekspansi mereka di Eropa Timur mengancam keamanan bagi Kremlin.
Rusia kemudian mengajukan proposal dengan maksud menegosiasikan perluasan NATO pada 2021. Namun, AS dan sekutu menolaknya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net