Eks PM Inggris Yakin Prigozhin Sudah Tahu Putin Dalang Kematiannya
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berkomentar soal kematian bos tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, yang tewas akibat kecelakaan jet pribadinya di Tver, Rusia, pekan lalu.
Johnson yakin Presiden Rusia Vladimir Putin yang membunuh Prigozhin dan sang bos Wagner sudah tahu hal itu. Tuduhan itu tertuang dalam kolom opini Johnson yang dirilis oleh media lokal Inggris, Daily Mail, pada Jumat (25/8).
"Putin ingin membunuh Prigozhin dengan cepat, dan di waktu yang yang sudah ia pilih," tulis Johnson.
Rusia mengonfirmasi Prigozhin tewas dalam kecelakaan jet pribadi Embraer Legacy 600 pada pekan lalu. Jet ini mengangkut 10 orang terdiri dari tiga kru, dan tujuh penumpang. Jet tersebut terbang dari Moskow ke St.Petersburg dan jatuh di daerah Tver.
"Dia [Prigozhin] tahu siapa tangan tersembunyi yang mengirimnya jatuh ke bawah 28.000 kaki, untuk dibakar bersama rekan-rekan kelompok Wagner lainnya dalam sebuah bola api di wilayah Tver di utara Moskow," ujar Johnson di kolom tersebut yang dikutip CNN.
"Saat ledakan tersebut menyedot udara keluar dari kabin pesawat, saya berani bertaruh bahwa pikiran terakhir di kepala Prigozhin yang hancur adalah 'Putin!', didahului oleh salah satu dari banyak kata-kata kotor yang diucapkan oleh mantan penjaga penjara dan penjual hotdog tersebut," papar Johnson menambahkan dalam tulisannya itu.
Lebih lanjut, Johnson mengatakan orang yang diduga berada di balik pembunuhan Prigozhin merupakan orang yang sama, yang menjadi dalang pembunuhan Alexander Litvinenko.
Alexander Litvinenko meninggal usai diracun menggunakan bahan radioaktif polonium di London pada 2006 lalu.
Menurut hasil penyelidikan independen di Inggris, Putin mungkin saja menyetujui operasi pembunuhan Litvinenko.
"Orang yang sama, yang memberi wewenang misalnya peracunan Alexander Litvinenko dan Sergei Skripal di Inggris,"kata Johnson. Kecelakaan Embraer Legacy terjadi dua bulan usai Wagner melakukan pemberontakan dan berencana menyerbu Moskow pada 23 Juni.
Tak lama setelah itu, Putin menyampaikan pidato dan menyebut aksi Prigozhin sebagai pengkhianatan. Dia juga menghubungi sekutu dekatnya, Presiden Belarus Alexander Lukashenko.
Serbuan Wagner tak pernah sampai Moskow dan cuma berhenti di Rostov. Lukashenko di kasus ini, menjadi mediator antara Rusia dan Prigozhin.
Keduanya lalu disebut-sebut sepakat untuk memboyong Wagner ke Belarus. Setelah pemberontakan itu, sejumlah pihak ragu akan keselamatan Prigozhin.
Johnson, dalam opininya, juga mengatakan Prigozhin sombong jika berpikir Putin memaafkan aksinya.
"Saya tidak dapat memikirkan contoh lain dari kebiadaban yang begitu mencolok dan tanpa hambatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dunia," tulis Johnson.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net