Mencoba Lawar Empas, Tingkatkan Vitalitas dan Obat Alternatif
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Menu kuliner dengan bahan baku labi-labi atau bulus atau dalam bahasa Bali disebut Empas kini makin digemari hampir semua kalangan masyarakat.
Tidak hanya sekadar kenikmatan rasanya, penggemar kuliner yang tergolong ekstrem ini juga memburu menu ini untuk meningkatkan vitalitas. Lantas, bagaimana olahan kuliner yang cita rasanya diklaim mirip daging penyu ini?
Adalah Wayan Sudarta, 48, pemilik warung di banjar Dalem Baleran, Desa Pejaten Kecamatan Kediri, yang menyediakan menu olahan berbahan dasar daging empas, seperti lawar dan serapah empas sejak tahun 2020 lalu.
"Menu olahan daging empas ini, awalnya tersedia karena saya mendapat empas dari pancingan yang saya pasang di sungai. Waktu itu empas yang saya dapat beratnya mencapai 16 Kg, awalnya saya mau jual, tapi bapak saya minta untuk menjualnya dalam bentuk masakan," jelasnya.
Karena itu, Sudarta akhirnya menjual empas yang sudah diolah menjadi lawar dan serapah dan dijual di sekitar rumahnya, ternyata respon masyarakat diakuinya sangat positif bahkan Sudarta mengaku kekurangan lawar karena banyaknya permintaan ini.
Baca juga:
Jelang Saraswati, Rumah Kebangsaan Satyam Evam Jayate Gelar Ngelawar dan Lomba Penjor-Gebogan
Dari sanalah, Sudarta mendapat ide untuk menjual olahan daging empas ini, dan untuk memenuhi kebutuhan produksi lawarnya, Sudarta mengaku mencari empas hampir ke seluruh Bali, mulai dari Bangli, Karangasem dan Bali.
Bahkan ada beberapa kali Sudarta sempat mendatangkan empas dari Pulau Jawa. "Untuk yang datang dari pulau Jawa ini, saya hanya mau menerima yang beratnya di atas 20 Kg, kalau yang kecil-kecil dagingnya sedikit dan tidak dapat lemaknya," ungkapnya.
Untuk pelanggan yang datang ke rumahnya, Sudarta menyebutkan hampir dari seluruh Bali, selain diminati oleh masyarakat yang memang suka mengkonsumsi daging empas, ada juga yang membeli olahan daging empas untuk keperluan pengobatan.
"Olahan daging empas ini memang sering dikaitkan sebagai salah satu makanan pembangkit stamina, tapi selain itu, mengkonsumsi olahan daging empas juga bisa menormalkan kadar kolesterol dan mengobati penyakit asam lambung," ungkapnya.
Selain daging empas, Sudarta juga menjual minyak empas, minyak empas ini dikatakan Sudarta didapat dari lemak daging empas yang dijemur selama 1,5 tahun. Untuk minyak empas ini, diakui Sudarta sudah banyak pelanggannya yang membuktikan khasiat dari minyak lemak empas ini.
"Ada testimoni dari pelanggan yang minum minyak empas ini, sembuh dari penyakit batu ginjal dan tidak jadi menjalani operasi pengangkatan batu ginjal ketika mengkonsumsi minyak lemak empas selama dua hari, ada juga yang sembuh dari penyakit asam lambungnya," paparnya.
Untuk harga, pemilik Warung Di Pangkung inu, menyebutkan olahan daging empas per porsinya dijual dengan harga Rp 30 ribu. Dengan harga tersebut, pelanggan sudah bisa menikmati satu porsi olahan daging empas yang terdiri dari Nasi putih, Serapah, lawar dan satu gelas air kelapa muda.
Sedangkan untuk minyak empas dijual mulai dari Rp 10 ribu per mililiter. Namun jika pelanggannya ingin membeli dalam kemasan botol, Sudarta menyebutkan harganya berbeda mulai dari 100 ribu untuk botol ukuran 20 ml dan Rp 400 ribu untuk botol ukuran 100 ml.
"Dalam sehari rata-rata bisa menghabiskan 20 Kg daging empas dan untuk lemaknya, tergantung pada besar dan kecilnya empas yang kami dapat," tambahnya.
Editor: Robby
Reporter: bbn/tab