Negara Kacau Ulah Gengster, AS Desak PM Haiti Segera Gelar Pemilu
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Amerika Serikat mendesak Perdana Menteri Haiti Ariel Henry untuk segera membereskan kekacauan yang terjadi di negara tersebut.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan telah memanggil Henry pada Rabu (6/3) untuk mendesaknya mempercepat transisi ke struktur pemerintahan baru dan segera mengadakan pemilu.
"Kami mendesaknya untuk mempercepat transisi ke struktur pemerintahan yang berdaya dan inklusif yang akan bergerak dengan cepat untuk membantu negara mempersiapkan misi dukungan keamanan multinasional guna mengatasi situasi keamanan dan membuka jalan bagi pemilihan yang bebas dan adil," ungkap Miller, dikutip AFP, Kamis (7/3).
Kendati demikian, Miller menegaskan tidak menyerukan Henry untuk mundur dari kursinya. Ia berdalih hanya mendesak untuk mempercepat transisi pemerintahan baru. Miller juga menolak memberi rincian tentang keberadaan Henry yang sempat menghilang dan berada di luar negeri saat kekacauan terjadi akibat protes geng kriminal di negara tersebut.
Henry diketahui melakukan perjalanan ke Kenya minggu lalu untuk mencapai kesepakatan dengan pasukan keamanan multinasional yang didukung PBB untuk melawan geng-geng kriminal Haiti yang melakukan kekerasan agar dia mundur dari jabatannya.
Teranyar, Kantor Gubernur Puerto Rico mengkonfirmasi PM Henry sudah mendarat di Ibu Kota San Juan. Sebelumnya, media lokal melaporkan bahwa Republik Dominika tidak mengizinkan pesawat yang ditumpangi Henry mendarat di sana. Pemerintah Republik Dominika tidak segera membalas permintaan komentar atas laporan tersebut.
Pejabat di kantor PM Haiti, Jean Tholbert Alexis, mengatakan keputusan tersebut merupakan "kesalahan diplomatik" yang belum pernah terjadi sebelumnya, demikian dikutip Reuters.
Baca juga:
Helikopter Maritim Malaysia Jatuh di Laut
Pemerintah Haiti sebelumnya mengumumkan keadaan darurat pada Minggu (3/3) setelah ribuan narapidana melarikan diri dalam dua pembobolan penjara besar, sehingga menghentikan bisnis termasuk bandara, yang sering terjadi baku tembak di sana dalam beberapa hari terakhir.
Kantor imigrasi PBB mengatakan bahwa pada akhir pekan setidaknya 15 ribu orang mengungsi akibat kekerasan.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net