search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Desa Adat Temesi Usul Desa Lain Giliran Dijadikan TPA
Kamis, 21 Maret 2024, 16:26 WITA Follow
image

beritabali/ist/Desa Adat Temesi Usul Desa Lain Giliran Dijadikan TPA.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Dampak lingkungan yang luar biasa dirasakan akibat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Temesi, menyebabkan warga Desa Temesi angkat bicara. Bendesa adat Temesi, Gusti Made Mastra meminta kepada pemerintah agar desa lainnya bersedia dijadikan TPA.

"Sejak lama kami sudah tawarkan kepada desa lain, apa mau giliran jadi TPA?," ujar Mastra, Kamis (21/3/2024).

Sebab, selama ini, masyarakat Temesi menahan diri akibat dampak yang ditimbulkan. "Kami lungsuran di pura tidak berani ngajeng. Selain bau, lalat banyak hinggap," keluhnya.

Mastra pun merasa heran, sebab saat dirinya baru menjabat Bendesa, volume sampah di TPA Temesi sekitar 150 ton per hari. Kini bermunculan TPS3R yang dianggarkan oleh daerah. 

"Bukan berkurang, justru sekarang volume sampah 450-an ton sehari. Bagaimana itu, kok nambah," ujarnya bingung.

Dikatakan bahwa usulan agar giliran menjadi TPA sudah diusulkan dalam pertemuan bersama instansi pemerintah terkait di Gianyar. "Bahkan dalam kesempatan di provinsi, kami juga sudah usulkan," terangnya.

Apabila memang desa lain bisa dijadikan TPA, maka Temesi siap membayar iuran berapapun. "Kalau kami ditarik Rp 100 ribu per truk, kami siap bayar. Ketimbang kami dapat dampak lingkungan yang luar biasa," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Ni Luh Mirnawati berusaha mengoptimalkan penataan sampah di skala rumah tangga maupun TPS3R yang ada di perdesaan dan kelurahan. 

"Sedangkan di TPA Temesi, pada Tahun 2024 ini, pemkab Gianyar dibantu Kemen PUPR melalui bantuan Bank Dunia akan membangun TPST, dengan 3 unit fasilitas teknologi pengolahan sampah, yaitu RDF, Komposting, dan BSF (Magot)," ujarnya.

Dengan teknologi tersebut, kata Mirna, diyakini tidak ada sampah yang menumpuk atau membusuk di TPA Temesi. "Mudah-mudahan bulan Mei ini pembangunannya sudah mulai dilaksanakan oleh Kemen PUPR," jelas dia.

Fasilitas tersebut dirancang mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar, dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. 

Sementara itu, pemkab memberi Bantuan Keuangan Khusus (BKK) kepada Desa Temesi, sebagai kompensasi dampak TPA Temesi, yang pada tahun anggaran 2023 sebesar Rp 1 miliar. 

Editor: Robby

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami