search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Cemas Perang Israel-Hizbullah, Prancis Minta Warga Keluar Lebanon
Senin, 5 Agustus 2024, 09:18 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Cemas Perang Israel-Hizbullah, Prancis Minta Warga Keluar Lebanon

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Prancis meminta warga negara mereka yang tinggal di Lebanon segera keluar dari negara Timur Tengah itu di tengah potensi perang besar antara Israel dan Hizbullah.

Kementerian Luar Negeri Prancis merilis imbauan itu dalam pemberitahuan di saran perjalanan atau travel advice notice untuk Lebanon.

"Dalam konteks keamanan yang sangat tak stabil, kami sekali lagi meminta perhatian warga negara Prancis, khususnya mereka yang sedang melewati, mengingat fakta bahwa penerbangan komersial langsung dan yang memiliki persinggahan di Prancis masih tersedia, dan kami mengundang mereka untuk membuat pengaturan [perjalanan] sekarang guna meninggalkan Lebanon sesegera mungkin," demikian imbauan Kemlu Prancis, Minggu (4/8), dikutip AFP.

Menurut data pemerintah, warga negara Prancis yang tinggal di Lebanon sekitar 23.000. Pada Juli lalu sekitar 10.000 warga negara Prancis berkunjung ke negara Timur Tengah ini.

Sebelum peringatan ini muncul, Prancis telah memperbarui informasi soal ketersediaan penerbangan langsung ke Prancis.

Seruan Prancis mengikuti jejak Amerika Serikat, Inggris, dan Australia yang lebih dulu meminta warga mereka meninggalkan Lebanon.

Ramai seruan ini mencuat usai Hizbullah meluncurkan 60 roket ke utara Israel pada Kamis. Gempuran ini sebagai balasan usai pasukan Zionis menyerang Beirut pada pekan lalu.

Seruan angkat kaki dari Lebanon juga muncul setelah Iran dan proksinya termasuk Hizbullah mengancam akan menghukum Israel yang dituduh menjadi dalang kematian bos Hamas Ismail Haniyeh.

Haniyeh tewas di wisma kenegaraan di Teheran, Iran pada 31 Juli. Dia berkunjung ke negara ini untuk menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian.

Hasil penyelidikan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengungkapkan Haniyeh tewas karena serangan proyektil jarak pendek berisi hulu ledak sekitar 7 kg dari luar tempat menginap.

Sementara itu, media yang berbasis di Amerika Serikat New York Times merilis laporan yang menyebut Haniyeh tewas karena bom.

Bom tersebut, menurut laporan NYT, telah ditanam di dekat kediaman Haniyeh dua bulan sebelum insiden pembunuhan.

Para pengamat meyakini kematian Haniyeh akan memicu serangan baru entah dari Iran atau proksi mereka ke Israel.

Kematian pemimpin Hamas ini juga mempersulit gencatan senjata yang sedang diupayakan untuk menghentikan agresi Israel di Gaza. Haniyeh merupakan salah satu delegasi dari pihak Hamas dalam negosiasi gencatan senjata. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami