search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pengungsi Israel Tetap Takut Pulang Usai Ada Gencatan dengan Hizbullah
Minggu, 1 Desember 2024, 14:05 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Pengungsi Israel Tetap Takut Pulang Usai Ada Gencatan dengan Hizbullah

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Sejumlah warga Israel yang kabur mengungsi saat negaranya dan Hizbullah saling serang masih enggan pulang ke rumah meski kedua pihak sepakat untuk gencatan senjata pada Rabu lalu (27/11).

Situasi yang relatif tenang sejak gencatan senjata itu disebut belum membuat mereka merasa aman. Rakhel Revach, salah satu pengungsi Israel, bahkan mengaku tidak akan pulang jika keamanan belum terjamin sepenuhnya.

"Mengapa saya tidak kembali tinggal di sini? Saya ingin kembali dengan keamanan penuh," ujarnya saat berkunjung sejenak ke Israel untuk mengambil beberapa barang pribadi, seperti diberitakan France 24 pada Minggu (1/12).

"Selama belum ada keamanan penuh dan saya masih mendengar ledakan dan melihat tentara, saya tidak mau pulang," lanjutnya.

Revach menjadi satu dari lebih dari 60 ribu warga Israel yang enggan pulang usai gencatan senjata. Padahal, hampir 900 ribu warga sipil lainnya yang mengungsi di Lebanon sudah bergegas kembali sejak kesepakatan Israel dan Hizbullah tercapai.

Warga berusia 57 tahun itu mengaku masih tak mau pulang karena tempat tinggalnya di Kiryat Shmona, daerah yang sangat terdampak perang Israel dan Hizbullah.

Serangan antara kedua pihak itu menyebabkan jendela pecah, tembok runtuh, hingga berbagai kendaraan terbakar.

Di sisi lain, juru bicara pemerintah Kiryat Shmona bernama Doron Shnaper juga mengatakan masih banyak warga yang belum pulang ke rumah. Para penduduk disebut enggan kembali sebelum perang dinyatakan berakhir.

Sebab, Kiryat Shmona dinyatakan sebagai zona militer tertutup selama beberapa bulan sehingga sangat rawan memakan korban jika dihuni warga sipil.

"Mereka tidak akan kembali sampai perang secara resmi dinyatakan berakhir," ungkap Shnaper.

Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon berlaku pada tanggal 27 November, usai dimediasi oleh Amerika Serikat dan Prancis.

Dari kesepakatan tersebut, tentara Lebanon akan dikerahkan di sepanjang perbatasan selatan, yang juga kini sudah diawasi oleh pasukan penjaga perdamaian PBB.

Selama gencatan senjata ini juga pasukan Israel akan ditarik secara bertahap dari Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan akan bekerja sama dengan tentara Lebanon untuk menegakkan gencatan senjata yang disepakati kelompok milisi itu dengan Israel.

Dalam pidato pertamanya sejak gencatan senjata dimulai, Qassem memastikan tidak akan ada "masalah atau perselisihan" dengan tentara Lebanon.

"Koordinasi antara kelompok perlawanan (Hizbullah) dan tentara Lebanon akan dilakukan pada tingkat tinggi untuk melaksanakan komitmen perjanjian," kata Qassem.

"Kami akan bekerja sama untuk memperkuat kapasitas pertahanan Lebanon. Kami siap mencegah musuh (Israel) mengambil keuntungan dari kelemahan Lebanon," lanjutnya, seperti diberitakan Al Jazeera. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami