search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Nelayan Pulau Serangan Keluhkan Pembatas Laut, Ini Kata Tantowi
Kamis, 30 Januari 2025, 17:11 WITA Follow
image

bbn/dok beritabali/Kura-Kura Bali/Nelayan Pulau Serangan Keluhkan Pembatas Laut, Ini Kata Tantowi.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Sejumlah nelayan di Pulau Serangan, Kota Denpasar, Bali, mengungkapkan keluhan mereka terkait pemasangan pelampung pembatas yang dipasang di sekitar kawasan laut. 

Pembatas tersebut dipasang oleh pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali sejak 2018 dan kini menjadi perhatian publik setelah diviralkan oleh nelayan setempat pada Kamis (30/1).

Menurut Wakil Ketua Forum Krama Bendega, organisasi nelayan Pulau Serangan, pemasangan pelampung ini membuat akses nelayan menjadi terbatas, sehingga mereka kesulitan mencari ikan di sekitar kawasan tersebut. 

"Sekitar 100 nelayan yang terdampak. Mereka semua terkait dengan pengembangan KEK Kura-Kura," ujar Loka, salah satu perwakilan nelayan.

Loka menjelaskan bahwa pembatas tersebut mengharuskan nelayan untuk menempuh jarak yang lebih jauh untuk melaut, yang tentunya berdampak pada peningkatan biaya operasional mereka. Nelayan juga mengeluhkan bahwa pihak KEK memberikan rompi oranye bertuliskan "nelayan" kepada mereka yang ingin memancing di sekitar kawasan KEK. Hal ini membuat nelayan merasa tidak nyaman, bahkan Loka menyebutkan bahwa rompi oranye tersebut menyerupai pakaian tahanan.

Nelayan setempat menuntut agar pembatas pelampung dicabut, identitas rompi dihapuskan, dan akses ke Pantai Serangan diberikan kembali kepada masyarakat umum. 

"Kami ingin akses ke fasilitas umum yang menjadi hak seluruh warga, bukan hanya masyarakat Serangan," tegas Loka.

Di sisi lain, Presiden Direktur KEK Kura-Kura Bali, Tantowi Yahya, menjelaskan bahwa pemasangan pelampung tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan kawasan, khususnya selama masa pembangunan. 

Menurutnya, petugas keamanan sebelumnya menemukan penumpukan bahan bakar minyak (BBM) liar di sekitar pantai yang berdekatan dengan kawasan KEK, dan temuan tersebut telah dilaporkan ke pihak kepolisian.

Tantowi membantah bahwa pemasangan pembatas ini dimaksudkan untuk membatasi aktivitas nelayan atau pemancingan. Ia menekankan bahwa akses nelayan dari Desa Serangan tetap diberikan, meskipun dengan pengawasan lebih ketat. 

"Kami memberikan tanda seperti jaket oranye untuk memudahkan monitoring," jelasnya.

Tantowi juga mengungkapkan bahwa pihaknya berencana untuk membahas keluhan nelayan mengenai pelampung dan identitas rompi dalam rapat direksi. Jika dinilai memberatkan, keputusan mengenai pembatasan ini akan segera dievaluasi.

Lebih lanjut, Tantowi menjelaskan bahwa meskipun saat ini akses masyarakat terbatas, KEK Kura-Kura Bali berkomitmen untuk membuka kawasan tersebut setelah pembangunan selesai. 

"Ketika proyek selesai, akses akan terbuka luas untuk umum. Kami juga berencana mengadakan berbagai acara, seperti konser musik dan pertunjukan lainnya," tambahnya. (sumber: kumparan)

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami