Pengerupukan di Bangli: Tradisi Sakral dan Ajang Kreativitas Generasi Muda
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BANGLI.
Sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Bali menggelar berbagai prosesi keagamaan, salah satunya adalah pawai ogoh-ogoh.
Tradisi ini dimaknai sebagai upaya menetralisir sifat-sifat negatif agar pelaksanaan brata penyepian berjalan dengan lancar.
Seperti terpantau di Desa Adat Tingkadbatu, Jehem, Tembuku, Bangli pada 29 Maret 2025, seluruh warga ikut serta dalam prosesi pengrupukan ini.
"Sudah menjadi tradisi sehari jelang Nyepi, pihaknya rutin menggelar prosesi pengrupukan dengan mengarak ogoh-ogoh, diringi obor dan gambelan, mengelilingi banjar," ungkap Bendesa Adat Tingkadbatu, I Wayan Budiarta.
Namun, pelaksanaan tahun ini lebih meriah berkat kreativitas generasi muda. Berbagai pementasan fragmen tari yang menggambarkan simbol Buta kala turut digelar. Selain melestarikan seni dan budaya Bali, acara ini juga menjadi ajang peningkatan kreativitas seni bagi generasi muda.
Terkait keamanan, pihak desa adat bekerja sama dengan berbagai pihak dan menerapkan peraturan ketat. "Tidak ada masyarakat yang mengonsumsi minuman keras, sehingga makna dari pengrupukan sebagai upaya untuk memusnahkan sifat negatif dapat terlaksana dengan lancar dan aman," tambahnya.
Perayaan Hari Raya Nyepi pun berlangsung khidmat dan aman. Sejak pagi, para pecalang bertugas berkeliling wilayah masing-masing untuk memastikan situasi tetap kondusif dan tidak ada masyarakat yang melanggar aturan selama Nyepi.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/bgl