Kenali Penyebab Diare Saat Hamil Muda, PAFI Berikan Solusi Pengobatan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Berbicara tentang gangguan kesehatan selama kehamilan, salah satu yang dapat dialami adalah diare. Selama kehamilan, masalah pencernaan seperti sembelit dan diare sering terjadi.
Perubahan pola makan, hormon, serta faktor fisiologis seperti stres dan cemas berlebihan juga dapat menyebabkan masalah pencernaan. Infeksi adalah penyebab utama diare selama kehamilan, terutama trimester pertama. Prevalensi diare pada ibu hamil bervariasi, berkisar 7% hingga 14,3%.
PAFI dengan alamat website pafi.co.id adalah salah satu organisasi kesehatan terbesar di Indonesia, yang sangat peduli dengan kesehatan masyarakat. Persatuan Ahli Farmasi Indonesia berkontribusi dalam perjuangan dan pembangunan bangsa, serta terus berupaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat melalui pengembangan profesi farmasi yang berintegritas dan bertanggung jawab.
Organisasi kesehatan PAFI aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyebab diare saat hamil muda, serta rekomendasi obat yang bisa dikonsumsi bagi penderitanya.
Apa saja faktor penyebab terjadinya diare saat hamil muda?
Secara umum, diare selama kehamilan adalah kondisi medis di mana seorang ibu hamil mengalami buang air besar (BAB) yang frekuensinya lebih dari tiga kali sehari dengan tinja yang bertekstur cair atau lunak. Diare ini bisa berlangsung singkat (akut) atau berlanjut dalam waktu yang lebih lama (kronis).
Diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit atau dehidrasi. Akibatnya, berisiko menurunkan volume cairan tubuh ibu dan air ketuban. Dehidrasi berat dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, gangguan fungsi ginjal, dan berisiko pada kesehatan janin.
Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya diare saat hamil muda yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Adanya perubahan hormon selama kehamilan
Faktor pertama yang menyebabkan diare saat hamil muda adalah perubahan hormon. Fluktuasi hormon progesteron, estrogen, dan prostaglandin sangat signifikan pada awal kehamilan. Hormon prostaglandin khususnya berperan dalam meningkatkan motilitas usus atau pergerakan saluran pencernaan.
Peningkatan motilitas ini menyebabkan makanan dan cairan bergerak lebih cepat melalui usus, sehingga penyerapan air berkurang dan tinja menjadi lebih cair. Selain itu, perubahan hormon juga dapat memengaruhi keseimbangan flora usus dan fungsi pencernaan secara keseluruhan, yang berpotensi menyebabkan gangguan seperti diare.
2. Perubahan pola dan jenis makanan
Ibu hamil muda sering mengalami perubahan selera makan dan pola makan yang drastis, misalnya mulai mengonsumsi makanan yang lebih banyak serat, buah-buahan segar, atau makanan yang sebelumnya jarang dikonsumsi.
Perubahan mendadak dalam jenis dan jumlah makanan ini dapat mengganggu sistem pencernaan yang belum beradaptasi, sehingga menimbulkan diare. Selain itu, konsumsi makanan yang kurang higienis atau terkontaminasi juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
3. Sensitivitas dan intoleransi makanan baru
Kehamilan dapat membuat ibu menjadi lebih sensitif terhadap makanan tertentu. Makanan yang mengandung gula alkohol seperti sorbitol, mannitol, atau xylitol (sering ditemukan dalam permen karet bebas gula, minuman diet, dan beberapa buah) dapat menyebabkan diare karena efek laksatifnya. Beberapa ibu juga mengalami intoleransi terhadap laktosa atau makanan tertentu yang sebelumnya tidak menimbulkan masalah.
4. Stres dan faktor psikologis
Faktor selanjutnya yang menyebabkan diare saat hamil muda adalah stres dan faktor psikologis. Kehamilan seringkali membawa perubahan emosional dan stres yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan. Stres dapat meningkatkan produksi hormon kortisol yang mempengaruhi motilitas usus dan keseimbangan flora usus sehingga memicu diare.
5. Kondisi medis lainnya
Faktor terakhir yang menyebabkan diare saat hamil muda adalah kondisi medis lainnya seperti penyakit radang usus (crohn’s disease, kolitis ulseratif), sindrom iritasi usus (IBS), atau intoleransi makanan, dapat memburuk saat hamil dan menyebabkan diare. Gangguan pencernaan kronis ini perlu penanganan khusus selama kehamilan.
Apa saja obat yang tepat untuk mengobati diare saat hamil muda?
PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) telah melakukan penelitian lanjut mengenai penyebab utama dari diare selama kehamilan, terutama saat hamil muda (trimester pertama). Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengurangi gejala diare serta membantu mengelola kondisi tersebut meliputi:
1. Oralit
Oralit adalah obat pertama yang diresepkan saat mengalami diare dan aman bagi ibu hamil. Oralit adalah larutan gula garam yang berfungsi menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare. Kandungan natrium klorida, kalium klorida, trisodium sitrat dihidrat, dan glukosa anhidrat membantu mencegah dan mengatasi dehidrasi. Dosis ringan yang diberikan berkisar 50–100 ml per kilogram berat badan selama 2–4 jam pertama.
2. Probiotik
Beberapa jenis probiotik seperti interlac atau synbio mengandung bakteri baik seperti limosinlactobacillus reuteri yang membantu menjaga keseimbangan flora usus dan memperbaiki fungsi pencernaan. Probiotik ini aman untuk ibu hamil dan dapat membantu mengatasi diare dengan cara alami.
3. Obat antidiare dengan kandungan kaolin dan pektin
Obat terakhir yang dapat diresepkan apoteker adalah obat antidiare mengandung kaolin dan pektin. Beberapa produk seperti neo entrostop, guanistrep dan kaopectate. Kaolin adalah mineral alami dan pektin adalah serat larut yang dapat menyerap racun dan bakteri di usus serta memadatkan tinja. Obat-obatan ini bekerja secara lokal di saluran cerna tanpa diserap ke dalam darah, sehingga aman untuk ibu hamil.
Selain mengonsumsi obat-obatan, beberapa cara lain untuk mengurangi gejala diare saat hamil muda adalah minum air putih lebih banyak, minum air jahe hangat hingga mengonsumsi yogurt. Air jahe hangat dapat membantu meredakan diare dan perut kembung pada ibu hamil.
Mengonsumsi yogurt selama kehamilan juga berguna dalam melawan kuman berbahaya di saluran pencernaan, mempercepat pemulihan saluran cerna, serta mempersingkat durasi diare akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan apoteker agar mendapatkan rekomendasi obat serta dosis yang sesuai.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/adv