Dunia Seni di Tengah Maraknya AI, Museum Bali Hadapi Isu Hak Cipta Digital
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan budaya digital kini menjadi tantangan besar bagi dunia seni dan museum.
Hal ini diungkapkan staf pengajar ISI Yogyakarta, Mikke Susanto, dalam diskusi di Museum Pasifika, Nusa Dua, Badung, Jumat (15/8/2025).
Menurut Mikke, interaksi pengunjung dengan karya seni di era digital semakin kompleks. Foto, video, hingga animasi dari karya yang dipamerkan bisa memicu persoalan kepemilikan.
“Ketika seseorang memfoto atau merekam karya di museum, pertanyaannya: file itu milik siapa? Museum, seniman, atau orang yang merekamnya?” ujarnya.
Isu ini, lanjutnya, menuntut pemahaman baru tentang hak cipta dan etika digital agar seni tetap terlindungi di tengah derasnya arus teknologi.
Sementara itu, penggagas Arsip Bali 1928, I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, menegaskan bahwa dunia digital membawa tiga kata kunci besar, yaitu data, dominasi, dan disrupsi.
“Tidak hanya membawa seni budaya ke format digital, tapi juga memastikan cara kita menyampaikannya lengkap dan komprehensif, sehingga budaya kita tetap berkelanjutan,” ungkap Marlowe.
Ia mengingatkan, di balik kemudahan teknologi digital, tersimpan tantangan besar terkait Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan etika penggunaan karya seni. Semua itu, tegasnya, harus bermuara pada satu tujuan: menjaga jati diri dan keberlanjutan budaya Bali di era global.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga