Kondisi Terparah di Jembrana dan Karangasem
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Kondisi hutan di Bali kian memprihatinkan. Fakta yang mengemuka, hampir setengah hutan di Bali krisis alias gundul. Salah satunya diakibatkan karena maraknya penebangan hutan yang akan dijadikan lahan produksi dan pertanian.
Kerusakan hutan menjadi salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global, jelas Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Bali, Ir. Made Sulendra, Kamis (22/11) dalam sosialisasi Regional Penyuluhan Kehutanan di Sanur.
Dijelaskannya, dari data Dinas Kehutanan Bali, luas hutan di Bali 130.686 hektar meliputi kawasan hutan perairan laut 3.415 hektar dan kawasan hutan daratan seluas 127.1271 hektar (22,59%) dari luas daratan Bali yang mencapai 563.286 hektar. Kronisnya, luas hutan di Bali belum ideal. Yang termasuk ideal adalah luas hutan suatu daerah 30% dari luas daratan.
Ini semakin diperparah dengan banyaknya hutan kritis. Yang mengemuka dilapangan, kristisnya hutan akibat maraknya penebangan secara sporadis, illegal logging, pemukiman dan pembakaran hutan oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Kondisi kerusakan hutan paling parah terjadi di Jembrana Rendang dan Karangasem.
Situasi ini membuat Dishut bagai lumpuh. Alasannya, pengamanan hutan tidak didukung sarana dan prasarana serta alat transportasi. Guna memberikan keamanan di hutan Bali, Dishut beritikat mempersenjatai para polisi hutan (Polhut) dengan senjata api. Sayang, sejauh ini belum ada realisasi dari pusat.
Selain itu, tingkat kritis kawasan hutan seluruh Bali mencapai 22.925 hektar. Dan, untuk kritis di luar kawasan hutan mencapai 32.388 hektar. Sehingga kalkulasi lahan kritis yang tercatat mencapai 55.313 hektar.
Langkah apa yang akan dilanjutkan Dishut melihat kondisi ini ?Solusinya, tahun ini Dishut sudah menyebar bibit pohon sebanyak 5.685.000 ke seluruh Bali,akunya.
Reporter: bbn/ctg