search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ditolak Dewa Beratha dan Pastika, Kini PLTP Muncul Lagi
Rabu, 5 Juni 2013, 21:53 WITA Follow
image

google/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Setelah lama tak terdengar khabarnya, rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi PLTP di Bedugul Bali kembali muncul. Setelah ditolak masyarakat Bali dan juga Gubernur Bali, wacana PLTP Bedugul kini kembali muncul.  

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, memastikan untuk melanjutkan kembali proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Bedugul di Tabanan Bali. Ditargetkan pada tahun 2014 PLTP bedugul telah mengalirkan arus listrik.
 
Staf Ahli Menteri Bidang Kelembagaan dan Perencanaan Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja dalam keteranganya di Nusa Dua mengatakan pembangunan proyek PLTP Bedugul kini masih menunggu izin dari Pemerintah daerah dan Kementerian Kehutanan. Ini karena lokasi panas bumi berada dalam kawasan hutan lindung. Dimana berdasarkan analisis cadangan geologi dari panas bumi Bedugul mencapai  450 Megawatt.
 
"Kalau potensi cukup besar, dari cadangan geologi itu sekitar 450 megawatt, cadangan geologi ini perlu kita buktikan, caranya dengan cara dibor. Dari sana kita akan dapat tekanan, temperatur dan sebagainnya, kita akan tahu ini riilnya berapa,” ujar I Gusti Nyoman Wiratmadja.
 
I Gusti Nyoman Wiratmadja menambahkan, proyek pembangunan PLTP Bedugul dilanjutkan setelah sebelumnya dari hasil survey yang dilakukan oleh kementerian ESDM tidak ada penolakan dari masyarakat. Penolakan yang ada hanya berasal dari LSM dengan alasan bahwa pengembangan PLTP Bedugul dikhawatirkan akan menyebabkan menyusutnya air Danau Beratan.

Berdasarkan catatan beritabali.com, penolakan terhadap PLTP ini sebenarnya sudah disampaikan pemimpin Bali, Made mangku Pastika pada tahun 2011 lalu. Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta agar rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal di Bedugul Tabanan Bali dihentikan. Alasannya, proyek geothermal sulit dilaksanakan baik dari kajian teknis maupun dari kajian sosial budaya.

Penolakan itu disampaikan Pastika saat berdialog dengan wartawan di ruang pers, kantor Gubernur Bali, kawasan Renon Denpasar, pada 27/12/2011.

"Dengan ini saya berketetapan secara resmi kita hentikan saja rencana pembangunan geothermal Bedugul itu, bukan dihentikan dulu, tapi kita hentikan saja. Dengan demikian tidak perlu lagi muncul polemik," ujarnya.

Pastika menyatakan sudah berbicara dengan ahli kehutanan, serta Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali. Hasilnya rencana pembangunan geothermal di Bedugul memang sulit diwujudkan di Bali, baik secara teknis maupun dari pertimbangan aspek sosial dan budaya.

"Secara teknis memang sulit untuk diwujudkan. Jadi disini tidak ada pertimbangan politis,"ujar Pastika.

Pastika menjelaskan, hingga saat itu (2011) tidak ada jaminan akan ada kandungan panas bumi di Bedugul, yang bisa menghasilkan energi panas bumi yang besar untuk listrik.

"Siapa yang bisa menjamin di perut bumi ada panas bumi yang besar? Karena setelah dibor di 3 titik, tidak ada energi yang sesuai dengan harapan. Jika satu titik pengeboran saja bisa menghabiskan 4 hektar hutan, berapa hutan yang akan habis dibabat untuk dibor? Bisa-bisa hutan dekat Gunung Batukaru juga habis dibabat untuk keperluan mencari sumber panas bumi. Belum ada yang bisa menjamin di bagian mana letak potensi panas bumi itu berada,"papar Pastika waktu itu.

Mangku Pastika menambahkan, sebelum wacana pembangunan pembangkit listrik panas bumi atau geothermal Bedugul kembali dimunculkan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, pihak Pemprov Bali sudah dua kali mengeluarkan rekomendasi untuk menolak proyek geothermal, yakni di era Gubernur Dewa Beratha dan satu kali di Era Mangku Pastika.

"Pak Dewa Beratha sudah menolak, saya juga menolak, jadi lebih baik distop saja,"tegasnya.

Dengan dihentikannya rencana pembangunan geothermal Bedugul, Pastika berharap agar proyek pembangkit tenaga listrik lainnya bisa segera diselesaikan seperti proyek listrik "Bali Crossing" dan penambahan kabel bawah laut dari Jawa ke Bali.  

"Mudah-mudahan Bali Crossing tidak ada masalah. Jika selesai dikerjakan, "Bali Crossing" akan mampu mensuplai listrik sebesar 3200 megawatt. Jika ditambah yang sudah ada sekarang, itu (pasokan listrik) akan cukup sampai tahun 2025 untuk pengembangan Bali ke depan,"ujar Pastika waktu itu.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Minderal Jero Wacik menyatakan, pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) Bedugul di Kabupaten Tabanan Bali diprediksi akan mampu memproduksi listrik mencapai 165 megawatt. Tingginya potensi energy listrik ini diperkirakan akan mampu memenuhi tingginya kebutuhan listrik di Bali.

Prediksi tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Minderal Jero Wacik pada keterangannya di Denpasar, Kamis (15/12/2011).

Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan jika Geothermal Bedugul mampu dikembangkan maka akan memberi tambahan cadangan listrik bagi Bali. Apalagi pada 2017 mendatang Bali akan membutuhkan pasokan listrik mecapai 1000 megawatt.

“Saya melihat di Bali saat ini diperlukan 600 megawatt. Ke depan diperlukan hampir  lebih 1000 megawatt. Sekarang 400 megawatt dibangkitkan di Bali, 200 dari Jawa , dengan kabel yang kadang-kadang bisa terganggu dan kalau sudah terganggu pasti mati listriknya,” ujar Jero Wacik waktu itu.

 



Wacik mengakui banyak tantangan dalam pengembangan Geothermal Bedugul. Salah satu hambatan adalah adanya pihak-pihak yang menolak pengembangan Geothermal Bedugul dengan alasan merusak kelestarian hutan hingga alasan kawasan suci.



 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami