search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Favorit Brondong, Bisa Bangun Rumah di Kampung
Sabtu, 8 Juni 2013, 19:54 WITA Follow
image

google.com (ilustrasi)

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Jika di kawasan Jalan Danau Poso letak aktifitas prostitusi berbaur dengan rumah penduduk dan tempat akomodasi wisata lainnya, maka berbeda halnya dengan kawasan Jalan Danau Tempe. Sejumlah aktifitas pelacuran berada dalam satu kompleks di antara blok yang berbeda. Pekerja seks di sini berlatar belakang dari berbagai usia dan tempat asal. Mayoritas berkomunikasi dalam bahasa Jawa.

Berada di kawasan ini, terdengar alunan lirik lagu dangdut, sebagai pelengkap semaraknya hiburan malam khusus pria hidung 'zebra'. Lirik suara nyanyian karaoke mengalahkan bunyi deru kendaraan yang lalu–lalang tepat di sisi utara jalan By Pass Ngurah Rai, Sanur.
 
Perempuan  dan tamu saling bermanja–manja, bahkan ada yang berdansa bersama. Mereka larut dalam kegembiraan, bersaing untuk menggaet tamu sebagai pelaku pemuas seks bermodal dandanan sexy.
 
“ Saya tidak menyangka akan terjun ke dunia beginian. Saya stres ditinggal suami dan menanggung hutang. Lalu ada teman yang menawari kerja untuk handle tamu “, ungkap seorang PSK yang mengaku bernama Winda.

Janda satu anak ini mengaku, praktek prostitusi yang digelutinya sudah dilakoni selama 5 tahun. Sweet Cafe, adalah tempat pertama ia melakukan praktek prostitusi. Awalnya ia diberi tempat tinggal sementara oleh pengelola, sambil menunggu mendapat tempat kost selama berada di Bali.

Kini, kamar tersebut menjadi kamar “praktek“ miliknya. Kamar ini dilengkapi seperangkat meja serta berbagai kosmetik dan pernak-pernik untuk berhias diri. Semenjak menempati sebuah kamar kost di kawasan Nusa Dua, kini ia harus pulang–pergi setiap hari menuju tempat "prakteknya".

Di kamar itulah berbagai pengalaman dan kisah hidup dia alami. Sebagai seorang janda yang meninggalkan seorang anak di kampung halaman, rasa kangen pun kerap menghinggapi. Untuk mengobatinya, dalam sehari, minimal tiga kali ia berkomunikasi lewat telpon.

“Baru dua minggu saya jenguk anak ke Jawa, kata ibuku dia sakit. Karena kangen mungkin. Eh, taunya beneran sembuh pas dijenguk sambil tak bawain mobil – mobilan “, ungkapnya lirih.

Kesuksesan sebagai pekerja seks pun membawa hasil. Semenjak terjun sebagai wanita penghibur, ia mengaku bisa membangun rumah di kampung halaman dari hasil keringatnya melayani para pria hidung belang. Bukan itu saja, sebuah sepeda motor yang awalnya dicicil lambat laun dapat dilunasi.

Tamu Winda berasal dari berbagai kalangan, mulai yang sudah menikah sampai anak muda usia belasan tahun, pernah mencicipi kemolekan tubuhnya yang sintal. Jika langganannya datang, ia sudah langsung tahu dan masuk kamar tanpa menunggu aba – aba.
 
Dari dua belas jumlah kamar yang tersedia, dia bekerja bersama sembilan perempuan lain yang menggeluti profesi yang sama. Diantara mereka tak sedikit yang memiliki langganan dari kalangan anak muda atau berusia belasan tahun.

Lima tahun bekerja jadi wanita penghibur tentunya ada pengalaman yang berkesan baginya. Salah satunya ketika ada pengunjung datang mengurungkan niatnya untuk "ngejoss". Hal ini membuatnya selalu ingat dan merasa bersyukur karena bayaran tetap jalan.

 



“ Baru dua kali saya menemukan orang nyari cewek, tapi nggak mau main. Dia bilang alasannya kerana istrinya sedang hamil, ya akhirnya kita tidur – tiduran saja bersama “, pungkas perempuan sexy ini.

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami