search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
2050, Sektor Pariwisata Sumbang 40 Persen Emisi Karbon Dunia
Selasa, 17 November 2015, 20:05 WITA Follow
image

bbn/energytoday

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Akibat ‎dampak perubahan iklim semakin parah dari waktu ke waktu dan suhu permukaan semakin ekstrim membuat sekitar 40 persen emisi karbon gas rumah kaca disumbang dari sektor pariwisata termasuk di Bali
 
Hal itu diungkapkan Tourism Ekpert dan Food Blogger, Bayu Amus yang akan ikut dalam perundingan perubahan iklim internasional atau Conference of Parties (COP) ke-21 yang akan berlangsung di Paris, Perancis, Desember mendatang. 
 
"Tahun 2050, sektor pariwisata akan menjadi penyumbang emisi gas karbon dunia terbesar sekitar 40 persen," ujar Bayu saat penyelenggaraan Youth for Climate Camp (YFCC) 2015 di Bali, Selasa (17/11/2015).
 
Menurutnya, selama ini pelaku pariwisata harusnya sadar dan menerapkan 'sustainable tourism' yang bekerjasama dengan pemangku kepentingan antara Pemerintah, LSM. Komunitas Lokal dan Turis itu sendiri. Selama ini, emisi karbon akan menjadi masalah global terhadap perubahan iklim, apalagi selama ini tidak ada upaya dan aksi yang signifikan untuk mengurangi emisi karbon.
 
"Dari sektor pariwisata membutuhkan sarana transportasi udara yang menimbulkan emisi gas buang yang sangat banyak. Jika itu tidak dicegah dan dicarikan angkutan yang ramah lingkungan, tentu saja sektor pariwisata yang menjadi lalu lalang masyarakat dari berbagai belahan dunia akan menjadi penyebab utama perubahan iklim secara global," ungkapnya.‎
 
 
Dalam kesempatan yang sama, Manager the Climate Reality Project Indonesia, Amanda Kantili Niode mengakui ancaman perubahan iklim semakin nyata. Hal ini menurutnya, membutuhkan aksi skala global, terutama gerakan dari generasi muda. 
 
Baginya, penggunaan energi yang berlebihan bisa mempengaruhi perubahan iklim khususnya akibat pertumbuhan pariwisata, seperti di Bali sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim. Perlu dilakukan penghematan energi meskipun kelihatannya kecil, namun harus segera dilakukan, karena sangat berkontribusi untuk menjaga perubahan iklim. 
 
"Penduduk dunia, khusus generasi muda harus aktif mencari tahu informasi mengenai perubahan iklim untuk disebarkan pada orang lain, serta melakukan aksi untuk mengurangi gas rumah kaca," pintanya.
 
Sementara, indikator perubahan iklim bisa diliat dari temperaturnya jangan sampai lebih dari 2 derajat dari revolusi industri, namun setelah diekivalenkan sejak revolusi industri peningkatannya sangat luar biasa. Padahal negara kepulauan kecil tidak boleh lebih dari 1,5 derajat celsius. 
 
"Secara global di Indonesia terjadi peningkatan temperatur, termasuk di Bali yang bisa masuk kategori ekstrim. Oleh karena itu melalui Youth for Climate Camp 2015 di Bali, khususnya pemuda di Bali dapat menjadi garda terdepan gerakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Mereka harus mencari dan menyebarkan informasi serta melakukan aksi perubahan iklim," pungkasnya.[bbn/dws]

Reporter: bbn/eng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami