search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sembunyikan Lokasi Pejuang, Nang Remi Dinjak-Injak Tentara NICA
Rabu, 17 Agustus 2016, 19:15 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com, Tabanan. Sekitar 150 veteran pejuang kemerdekaan, Rabu (17/8) hadir di Gedung Mario Tabanan, terkait perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Ada kisah menarik yang disampaikan para veteran pejuang yang sudah berusia lanjut ini.
 
Kisah seputar perjuangan kemerdekaan salah satunya diceritakan Nang Remi (Pak Remi) asal Banjar Annyar, Perean Kangin, Kecamatan Baturiti, Tabanan.
 
Waktu jaman penjajahan Belanda di Bali sekitar tahun 1945 an, Nang Remi bertugas sebagai Kawal. Menurutnya, Kawal ini bertugas untuk melindungi para pejuang.
 
"Kalau Belanda datang mendekat, kita para Kawal melaporkan informasi itu kepada pejuang atau penyingkir,"ujar Nang Remi yang kini sudah berumur 80 tahun lebih.
Para pejuang waktu itu, ujar Nang Remi, mempunyai tempat perlindungan bawah tanah agar tidak terdeteksi oleh tentara Belanda.
 
Nang Remi mengaku pernah ditangkap dan disiksa tentara NICA (Netherlands India Civil Administration) Belanda. Dia dipaksa untuk menunjukkan lokasi persembunyian para Pejuang Indonesia.
 
"Saya diinjak-injak tentara NICA Belanda, mereka menanyakan dimana lokasi atau markas perjuang. Meski kepala dan badan saya diinjak-injak, saya tidak mau mengaku,"ujar Nang Remi.
 
Sebagai seorang anggota Kawal para pejuang, dalam kesehariannya Nang Remi berpakaian seperti layaknya rakyat jelata. Meski sudah menyamar seperti rakyat jelata, namun Nang Remi mengaku sering hampir ditembak tentara NICA.
 
"Tentara NICA ganas-ganas, jika tidak memberi informasi atau mau mengakui lokasi pejuang, tangan kita diikat, kemudian dibawa ke tangsi militer NICA di Perean,"kenangnya.
 
Nang Remi menuturkan, tentara NICA Belanda sebagian besar merupakan orang pribumi (Indonesia) dan berbahasa Indonesia.  Tentara NICA juga dibantu beberapa orang Bali yang menjadi pembantu tentara NICA. 
 
"Ada orang Bali waktu itu yang membantu tentara NICA, mereka juga dipersenjatai. Tapi mereka tidak berasal dari desa kami. Mereka juga bawa senjata api,"ujar Nang Remi yang kini menghabiskan masa tuanya di Banjar Anyar, Perean Kangin, Baturiti Tabanan.[bbn/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami