search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Uniknya Lukisan Adam dan Hawa dalam Gaya Klasik Kamasan
Selasa, 18 Juli 2017, 09:39 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Lukisan Kamasan klasik, selama ini identik dengan tema pewayangan. Namun kolaborasi antara seniman tua Kamasan dan mahasiswa seni kampus University Western Australia (UWA), menghasilkan karya seni lukisan Kamasan yang unik.
 
Uniknya lukisan Kamasan klasik hasil kolaborasi seniman tua lukis Kamasan dan mahasiswa kampus UWA Australia ini, terlihat saat pameran di Inna Bali Hotel Denpasar, pada Kamis (13/7/2017).
 
Salah satu lukisan yang menarik perhatian pengunjung adalah lukisan berjudul "Adam dan Hawa #1" dan "Adam dan Hawa #2. Lukisan ini menceritakan tentang kisah Nabi Adam dan Hawa saat "dibuang" dari Surga. 
 
 
Lukisan ini unik karena keluar dari pakem lukisan Kamasan yang biasanya bertema kisah pewayangan seperti Ramayana, Mahabharata, Sutasoma, Panji, Lelintangan dan lain-lain. Pada umumnya, cerita-cerita yang digambarkan pada lukisan Kamasan mengandung nilai filosofis agama Hindu dan budaya Bali.
 
Lukisan Kamasan yang juga menarik adalah lukisan Kamasan berjudul "Bunda Maria". Sosok Bunda Maria dalam lukisan ini terlihat berbeda dengan sentuhan gaya Kamasan yang klasik.
 
Menurut dosen Fakultas Arsitektur, Landscape, dan Visual Art University of Western Australia (UWA), Profesor Paul Trinidad, seni lukis klasik Kamasan, Klungkung, Bali, sudah terkenal hingga ke berbagai negara di dunia. University of Western Australia (UWA) kini tertarik untuk meneliti Taksu (pancaran sakti atau energi tak terlihat) dari lukisan Kamasan. 
 
 
"Lukisan yang dipamerkan ini merupakan hasil kolaborasi antara pelukis tua di Kamasan dengan para mahasiwa UWA dalam program Bali Studio. Hasil kolaborasi ini menghasilkan karya lukis yang unik, berbeda dibanding lukisan Kamasan Klasik pada umumnya,"ujar Paul.
 
Menurut Paul Trinidad, pada bulan September 2016 tahun lalu, sejumlah lukisan Kamasan karya seniman Nyoman Mandra, dipamerkan di Cullity Gallery, yang ada di lingkungan kampus University of Western Australia (UWA), Perth, Australia.
 
Menurut Paul, dalam pameran tersebut, pengunjung pameran merasakan "taksu" atau energi yang dipancarkan lukisan Kamasan. 
 
"Saya percaya taksu dan energinya dirasakan oleh para mahasiswa saya di Australia, juga dirasakan pengunjung pameran lainnya. Seperti ada campur tangan Tuhan dalam proses pembuatan lukisan Kamasan tersebut. Ada energi spiritual yang tak bisa dijelaskan dalam lukisan tersebut, ada semacam hubungan Manusia dengan Tuhan yang tidak bisa dijelaskan,"jelas Paul.
 
Paul menambahkan, lukisan Kamasan Nyoman Mandra yang dipamerkan di University of Western Australia, juga dirasakan energinya di lingkungan fakultasnya. 
 
"Lukisan Kamasan yang dipamerkan seperti membersihkan aura dan pikiran-pikiran negatif di kampus. Banyak yang stres dan menghadapi berbagai persoalan di kampus, ketika melihat kehadiran Lukisan Kamasan, semua hal negatif itu seperti dibersihkan. Energi dari 'taksu' Lukisan Kamasan mampu membersihkan pikiran negatif, dan itu seperti sebuah keajaiban yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat atau logika. Menurut saya, Lukisan Kamasan adalah kebudayaan Bali yang sebenarnya,"ujar Paul.
 
 
Pelukis Kamasan Perhatikan Faktor "Sekala-Niskala"
 
Lalu apa kata pelukis Kamasan, Nyoman Mandra, terkait penjelasan akademisi kampus UWA Australia tersebut?
 
Saat ditemui di rumahnya di Desa Kamasan, belum lama ini, Nyoman Mandra tampak tengah mengawasi proses pembuatan lukisan Kamasan yang dikerjakan oleh anggota keluarganya.
 
Terkait Taksu atau energi lukisan Kamasan, Nyoman mengatakan, Taksu tersebut bisa muncul karena kebiasaan orang Bali yang saat bekerja selalu memperhatikan aspek sekala maupun niskala (yang terlihat dan tidak terlihat).
 
"Orang Bali kalau bekerja, selalu memperhatikan faktor sekala dan niskala. Seperti saya, pagi hari saat bangun jam setengah lima sudah langsung sembahyang, setelah itu baru lanjut dengan  sarapan makanan ringan dan aktivitas lainnya. Pagi hari berdoa minta ijin kepada Tuhan agar aktivitas pagi hingga sore hari dilancarkan, mohon direstui agar kerja lancar,"ujarnya.
 
Selain itu, jika mengerjakan sebuah pekerjaan yang dianggap besar seperti membuat lukisan yang dianggap spesial atau akan mengikuti sebuah pameran seperti di Australia, Nyoman Mandra mengaku selalu menghaturkan Daksina atau sesajen sebagai perwujudan rasa syukur, persembahan kepada yang Maha Kuasa. 
 
"Sewaktu melukis, atau sewaktu lukisan dipamerkan, memang itu suatu kewajiban, harus menghaturkan daksina, biasa itu. Kita mohon ijin kepada yang Tuhan Maha Kuasa, kepada Dewi Saraswati (Dewi Pengetahuan), Guru Reka, Dewa Siwa, kepada Guru segala Guru. Mungkin itu yang menyebabkan munculnya energi Taksu seperti yang dirasakan saat pameran lukisan saya di Australia,"jelas Nyoman Mandra, yang kini menjadi pelukis tertua di Desa Kamasan. [bbn/psk] 
 
 

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami