search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gamedev Bali, Ajang Eksis Komunitas Game Melepas Potensi
Minggu, 22 April 2018, 12:10 WITA Follow
image

bbn/gamedev bali FB

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Menjadi ajang eksisnya Komunitas penggiat game di pulau Dewata, Gamedev Bali mewadahi baik penggemar dan pengembang game (game developer) untuk melepas potensi kreatif yang mereka miliki dalam memajukan industri game di tingkat lokal, nasional bahkan internasional.
 
[pilihan-redaksi]
Gamedev Bali boleh dikatakan sebuah komunitas non profit yang mempertemukan para pecinta game, dari mulai hanya kalangan pemain, kalangan pengamat, bahkan kalangan pengembang game (Game Developer). Game Dev sendiri berdiri sejak tahun 2013 dan hingga kini masih menjadi salah satu komunitas yang paling eksis di bidang teknologi khususnya tentang pengembangan sebuah game di Bali.
 
Menurut Wahyu Untoro, atau yang kerap disapa Wahyu selaku Ketua Gamedev Bali 2018, Gamedev Bali ini awalnya terbentuk dari sebuah pertemuan kecil para penikmat dan penggiat game di Bali pada tahun 2013. Dari sanalah kemudian disepakati berdirinya Gamedev Bali.
 
Wahyu sendiri juga mengatakan, di Komunitas Gamedev ini dilaksanakan kegiatan rutin setiap bulan yaitu Sangkep. Sangkep sendiri terinspirasi dari bahasa Bali, yang merupakan akronim Sharing Akhir Pekan bersama Gamedev Bali. Di acara ini, para anggota komunitas melakukan  sharing sekaligus kumpul-kumpul tiap bulan dengan topik pembahasan yang berbeda, misal membahas mengenai kiat-kiat memasarkan game dari para teman pengembang game yang sudah memiliki studio, atau membahas mengenai teknik-teknik pembuatan animasi dalam game. Selain acara bulanan berupa Sangkep, Gamedev Bali juga memiliki acara tahunan yaitu Global Game Jam (GGJ).
 
"Global Game Jam itu acara tahunan para developer game, dimana para developer game akan ditantang untuk berkumpul mengerjakan game selama 48 jam di sebuah basecamp secara bersama - sama dan serentak di seluruh dunia," ungkapnya belaum lama ini.
 
Dari komunitas ini sendiri juga telah melahirkan beberapa jebolan penggiat game yang telah merintis gamenya secara kecil-kecilan, salah satunya adalah Keramas Wiguna. Keramas Wiguna merupakan salah satu anggota Gamedev Bali yang mulai bergabung pada tahun 2015. Alumni SMK Negeri 1 Denpasar yang kini sudah bekerja di Bamboo Media ini, mengaku bahwa cikal bakal nya bergabung dalam Komunitas Gamedev Bali adalah akibat ajakan salah satu teman sekelasnya pada event tahunan Gamedev Bali yaitu, Global Game Jam.
 
"Awalnya sih cuma diajak sama Bayu, buat ikutan Global Game Jam di tahun 2015. Nah dari situ akhirnya keterusan deh, sampai ikut terus acara sangkep di tiap bulan," ungkap pria yang akrab dipanggil Keramas ini.
 
Keramas pun juga mengatakan bahwa berkat bergabung di Gamedev Bali ini, dirinya semakin mengetahui bagaimana dunia game dan pengembangannya, walau pun semua berawal dari iseng. Selain itu ia juga mengaku mendapat teman baru dari berbagai macam background dengan game kesukaan yang berbeda-beda. Selain suka bermain game, Keramas juga mengaku bahwa ia sendiri memiliki cita - cita untuk dapat memproduksi game. Tentunya tidak hanya menjadi konsumen namun juga bisa menjadi produsen.
 
"Selain suka banget main game, aku juga ada niatan untuk memproduksi game sih, dan bersyukur itu udah bisa terealisasi walau game yang aku produksi baru berbasis android dan belum mendatangkan profit, jadi masih sekedar hobi saja," jelas nya.
 
Saat ditanya game apa saja yang telah ia produksi, Keramas menerangkan bahwa game yang paling pertama ia buat adalah "Hidden Imagination" yang dirancang saat Global Game Jam 2015. Selain itu ia juga kembali memproduksi game unik bernama "Black Syndrom" pada tahun 2016, dan "Tipat Mayhem" pada tahun 2017. Game Black Syndrom sendiri menceritakan tentang misi untuk melindungi seorang dukun yang tengah bertapa demi kehidupan di lingkungan sekitarnya, sementara game Tipat Mayhem sejenis dengan game restoran hanya saja disini diceritakan tentang warung panganan khas tradisional Bali yaitu tipat, rujak, dan es buah.
 
[pilihan-redaksi2]
Menurutnya industri Game di tanah air sudah melaju pesat namun belum terkontrol dan terfasilitasi dengan baik. Hal senada diungkapkan Wahyu. Ia menilai game di Indonesia cenderung masih belum stabil, karena banyak studio - studio game perintis yang mulai terpecah dan memilih bergabung ke dalam studio-studio besar karena dalam membangun sebuah studio game tentunya perlu waktu yang panjang untuk berkembang. Akan tetapi, banyak studio - studio indie yang sebetulnya sudah terbentuk dan tetap bertahan dengan passionnya, bahkan berani masuk ke platform seperti steam atau bahkan mencoba membuat game untuk device nintendo.
 
"Hal ini tentunya juga tidak lepas dari beberapa dukungan pemerintah lewat lembaga-lembaga baru seperti Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI)," imbuh Wahyu saat ditanya mengenai pandangannya terhadap Industri Game Tanah Air.
 
Dengan pesatnya perkembangan Industri Game khsusunya di kalangan anak muda, tentunya Wahyu selaku ketua Gamedev Bali berharap agar ke depannya Industri Game dapat menjadi lahan industri yang lebih menjanjikan, dan banyak game dari Indonesia khususnya dari Bali yang dapat terkenal hingga kancah dunia.
 
"Selain itu, saya juga berharap lewat komunitas Gamedev Bali ini dapat melahirkan para developer-developer game baru yang nantinya dapat meneruskan regenerasi dari komunitas Gamedev Bali itu sendiri," tutur Wahyu. (bbn/FisipUnud/rob)
 

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami