search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Nasib Penyadap Nira di Dawan, Tak Semanis Gula Merah Dawan
Jumat, 8 Juni 2018, 16:25 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

Beritabali.com,Klungkung. Spiderman asal Dawan-Klungkung yang bernama Wayan Suka, berprofesi sebagai tukang kiris (penyadap air pohon kelapa/tuak). Kesehariannya menyadap air kelapa dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Setiap naik menyadap nira ia tidak pernah menggunakan alat pengaman. Nira hasil sadapan tersebut selanjutnya diolah menjadi gula merah yang dikenal dengan gula Dawan.
 
[pilihan-redaksi]
Menurut Wayan Suka, ia sudah terbiasa memanjat tanpa alat pengaman dan itu juga selama ini dilakukan oleh pemanjat nira lainnya. Keahlian memanjat pohon kelapa didapatkan dari melihat kebiasaan orang tua yang sebelumnya juga sebagai penyadap nila.
 
"Cuma ada sembilan pohon yang harus disadap Niranya setiap hari, kalau pagi biasanya dapat satu pohon satu beruk (satu volume batok kelapa) nira" kata pemuda lajang ini ketika ditemui di ladang tempat menyadap di Dusun Kayehan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Kamis (7/6).
 
Wayan Suka yang kini tinggal hanya bersama sang ibu bertahan hidup dengan bekerja sebagai penyadap nira. Pohon kelapa yang selama ini menjadi disadap untuk menopang hidupnya juga milik tetangga.
 
[pilihan-redaksi2]
Wayan Suka hanya salah satu dari warga Dawan yang menggantungkan hidupnya dari bekerja sebagai penyadap nira. Jumlah penyadap nira terutama dari kalangan remaja di Dawan juga semakin menurun, karena lebih memilih bekerja ke Denpasar.
 
Sementara harga gula merah Dawan perkilogram saat ini rata rata mencapai di atas Rp. 20.000. Tingginya harga gula merah Dawan terjadi menyusul semakin jarangnya masyarakat yang memproduksi gula merah. Nilai uang diperoleh kemudian, pun juga tidak sebanding dengan risiko penyadap dalam melakukan aksinya.
 
Akibat tidak menggunakan alat pengaman, pencari Nira mempertaruhkan nyawanya untuk mempertahankan hidup. Sebagai catatan, dalam sebulan terakhir terdapat 2 orang meninggal karena jatuh dari pohon kelapa saat menyadap Nira. Namun demikian, toh mereka tetap menyadap walau hujan dan panas terik menyengat, hanya untuk menyambung hidup semata. (bbn/Mul)

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami