search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Penyebab Penari Rejang Kerauhan Mulai dari Cuntaka, Bebayi Hingga Tidak Mepamit
Jumat, 24 Agustus 2018, 08:34 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Tabanan. Banyaknya penari yang kerauhan pasca pementasan tari Rejang Sandat Ratu Segara disebabkan beberapa hal diantaranya karena penari sedang kotor kain (cuntaka), terkena penyakit niskala (bebayi), tidak mepamit usai menari dan disenangi secara niskala (kepingit). 
 
[pilihan-redaksi]
Hal itu terungkap setelah beberapa siswi berobat ke klinik Jero Nabe Siwa Murthi Bali. Seperti misalnya di SMPN 4 Kediri, dari 8 orang penari yang kerauhan, 4 diantaranya terkena bebayi dan lainnya waktu pementasan sedang dalam keadaan cuntaka.
 
Bahkan ada juga siswa yang tidak ikut menari namun juga kerauhan, sebut saja salah seorang siswa SMK Gandhi Usadha yang ternyata disebabkan karena anak tersebut memang kesenengin, dimana bila ada upacara di lingkungannya anak tersebut memang sering kerauhan. Dan setelah diajak ke Griya Ratu Nabe Perguruan Siwa Murthi Bali oleh Camat Kediri, guru dan orang tuanya terungkap jika anak tersebut Ngiring dan terkena penyakit yang disebabkan oleh desti di sekitar perut.
 
Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti juga mengungkapkan hal serupa, kata dia salah satu penyebabnya adalah X (bebainan) yang kemudian terkena unsur positif dari tarian sakral tersebut sehingga menyebabkan unsur negatif keluar dari tubuh si penari. 
 
“Ini juga disebabkan karena penari ada yang cuntaka, akan tetapi mereka ingin sekali menari, mengingat persiapan selama empat bulan untuk ikut menari. Mereka ingin ikut ngayah dan tampil. Ya kita juga harus pahami itu,” paparnya.
 
Disamping itu, juga ada penari yang tidak mepamit setelah pementasan tersebut selesai karena penari pulang begitu saja karena ada temannya yang kesurupan. “Dan yang terakhir, ada juga yang memang kepingit atau dasarnya memang disenangi yang artinya calon-calon yang akan ikut ngayah,” ungkap Bupati Eka.
 
[pilihan-redaksi2]
Bupati Eka juga mengungkapkan, tarian ini memang ada gambelan Jawa dan Bali. Karena dua pulau terebut adalah poros Nusantara. Dimana yang selalu mengadakan yadnya dan upakara Bali yang merupakan poros secara niskala. Sedangkan untuk porosnya sekala atau pemerintahannya terdapat di Tanah Jawa.
 
Atas hal itu Bupati Eka kemudian mengambil inisiatif, mulai Jumat (24/8/2018) akan membuka posko pengobatan dan pemulihan skala niskala di wantilan kantor Camat Kediri. Posko ini nantinya akan melayani para siswa-siswa yang merasa tidak nyaman dan berniat berobat dan diperiksa oleh tim yang merupakan gabungan Yayasan Siwa Murthi Bali, Dinas Kesehatan Pemkab Tabanan dan instansi terkait. Diapun mengaku telah berkoordinasi dengan para camat serta kepala sekolah untuk membantu memfasilitasi para siswa. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami