search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Swastika Bali Gelar Sarasehan Kupas Mental Dasar Manusia Bali
Sabtu, 15 Desember 2018, 15:45 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Organisasi Kemasyarakatan Swastika Bali menyelenggarakan sarasehan sehari dengan tema "Reaktualisasi Mental Dasar Manusia Bali Menghadapi Tantangan Masa Depan menuju Bali Shanti dan Jagaditha".
 
Sarasehan dilaksanakan Sabtu 15 Desember 2018, di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Bali, Jalan hayam Wuruk Nomor 152 Denpasar-Bali.
 
[pilihan-redaksi]
Acara saresehan ini menghadirkan beberapa pembicara antara lain Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda dengan materi Aktualisasi nilai-nilai Agama dan Adat dalam Era kekinian (pergeseran keseimbangan antara tatwa, susila, dan upacara dari kehidupan lokal-tradisional ke kehidupan modern-global), Gde Pasek Suardika, SH, MH dengan materi Agama Hindu dan Hukum Adat Dalam Kerangka NKRI.
 
Kemudian Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa, MS. dengan materi Mental dasar Manusia Bali seutuhnya dalam memenangkan persaingan Global (mengidentifikasi sosok/mental) dan I Putu Gede Mudarsa, ST., MM., CCH dengan materi membangun Mental Dasar manusia Bali menuju Bali Shanti (bagaimana membangun sosok/mental)
 
Sarasehan ini diharapkan akan dapat menghasilkan output berupa pemikiran tentang re-aktualisasi mental dasar manusia Bali menghadapi tantangan internal dan eksternal dalam rangka menuju Bali Shanti dan Jagadhita.
 
Ketua Umum Swastika Bali, Wayan Bagiarta Negara, mengatakan latar kegiatan ini adalah dari adanya pemikiran bahwa perkembangan kepariwisataan di Bali telah secara nyata memberi manfaat kepada penduduk dan pemerintah daerah. Namun sebagaimana konsep Rwa Bhineda, perkembangan pariwisata Bali juga menimbulkan dampak ikutan. 
 
Perkembangan pariwisata telah membuat Bali terbuka bagi manusia dengan berbagai kepentingan. Sehingga Bali tidak hanya menjadi semakin padat tetapi menjadi semakin kosmopolitan dengan berbagai masalah fisik, ekonomi, kependudukan, pendidikan dan sosial budaya.
 
Tanpa kesiapan masyarakat, permasalahan-permasalahan akan tereskalasi semakin cepat akibat pesatnya kemajuan IT, akan semakin menjadi hambatan dalam menjaga keharmonisan Bali dimasa yang akan datang. 
 
"Dalam perjalanannya, manusia Bali dengan segala unsurnya mengalami sebuah arus yang kuat, khususnya di era globalisasi dan modernisasi. Bagaimana agar dia bisa mempertahankan diri, keluarga, suku Bali, pulau Bali yang harus tetap ajeg. Di satu sisi harus kita lestarikan, di satu sisi arus globalisasi yang ada juga harus kita sesuaikan, sehingga Bali bisa hadir sepanjang jaman, untuk mewujudkan Bali yang damai dan mewujudkan kebahagiaan sebagai manusia Bali," ujarnya.
 
Menurut Bagiarta, tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk memunculkan penyadaran diri dan mulat sarira sebagai manusia Bali. 
 
"Apakah yang sudah bisa kita tiru dan dijadikan pakem dari apa yang kita terima dari para leluhur, kemudian apa yang bisa kita laksanakan saat ini sebagai realita Bali, dan apa kedepan ynag bisa kita lakukan, sebagai aktualisai dari mental dasar, agar masyarakat Bali lebih siap sebagai generasi bangsa di dunia ini dan untuk bisa bertahan dalam kehidupan modern," ujarnya.
 
Menurut pengamatan Swastika Bali, kegotong-royongan, kebersamaan dalam soliditas adat dan budaya serta agama yang menjadi dasar sikap mental manusia Bali sudah mulai tergerus. 
 
"Pengaruh asing  yang kuat, khususnya di dunia IT, sehingga (manusia Bali) banyak melupakan hal-hal yang dipertahankan, misalnya soal kesopanan, etika, bagaimana kita menata budaya kita lebih jauh, budaya kita tanpa disadari tergerus dari segala unsur yang menginginkan Bali tidak seperti saat ini. Ada yang iri karena Bali ini unik, jadi bagaimana kemudian upaya mempengaruhi Bali agar bisa hadir. Contohnya pariwisata budaya Bali itu harus dipertahankan, bukannya pariwisata dengan pengaruh budaya luar bali yang sangat merugikan Bali dengan budaya adiluhurnya," ujarnya.
 
Sementara Senator Gede Pasek Suardika mengatakan,  posisi manusia Bali saat ini diakui unggul di bidang intelektual namun harus dibenahi di sisi mental untuk berkompetisi dan bertarung dalam menghadapi kehidupan modern saat ini. 
 
"Baik itu penetrasi kultur, budaya, dan cara pandang, mental harus diperkuat. Kita berharap teman teman Bali punya jiwa totalitas dan bekerja sama, kerjasama masih kurang, dan ini merupakan kelemahan orang Bali,"tegas Pasek. 
 
[pilihan-redaksi2]
Dengan sikap mental yang masih kurang dan kurangnya kerjasama, maka posisi tawar manusia Bali kedepan akan semakin lemah, baik dalam pemerintahan, kesempatan berusaha, dan sektor lainnya. 
 
"Apalagi jaman sekarang ini, kalau kita tidak punya jejaring  kuat, Bali akan kalah dalam berkompetisi, sehingga nantinya Bali akan unggul secara personal saja dan bukan unggul dlam konteks Bali sebagai wilayah. Nafas Bali akan hilang, hanya tinggal tempat saja, sementara identitas manusia Bali bisa hilang. Untuk kedepan perlu kerjasama, mental, serta kekuatan bersama agar bisa berkompetisi,"ujar Pasek dalam seminar yang juga didukung oleh oleh Varash, produk healing oil ini. [bbn/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami