search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
I Gede Puja, Penekun Wariga yang Nyastra
Minggu, 30 Desember 2018, 12:00 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. Tatkala perang puputan Badung meletus tanggal 20 September 1906, I Gede Puja mengaku telah berumur 7 bulan. Sang ibu memomongnya dengan penuh rasa takut, kalau-kalau rumahnya kena sasaran meriam Belanda. Serangan besar besaran terhadap kerajaan Badung. 
 
[pilihan-redaksi]
Masa-masa dimana I gede Puja masih bayi memang tak begitu mudah dilupakan oleh ayahnya. I Gede Puja harus dibesarkan dalam suasana perang. Setelah Badung jatuh oleh serangan Belanda, wilayah Badung menjadi daerah taklukan penjajah Belanda.
 
Ketika berumur 12 tahun, Puja sempat memperoleh pendidikan SR oleh suatu sebab, mengingat ia bukan seorang kaya atau seorang ningrat, Puja tak punya keinginan melanjutkan ke sekolah Belanda. Puja sendiri kemudian mengambil sikap untuk belajar di rumah, memperdalam pemahamannya tentang sastra kawi.
 
Memasuki usia 23 tahun, ia berguru kepada sulinggih Ida Rai Glogor. Dari tokoh ini ia sering melakukan perdebatan-perdebatan filosofis dari belajar sastra Kawi secara mendalam. Pada masa-masa  yang sama ia juga belajar mewirama kepada Wayan Reta.
 
[pilihan-redaksi2]
Tahun 1940-an di wilayah Denpasar Selatan, Puja adalah satu satunya tokoh sastra. Pada tahun ini pula ia telah menjadi guru sastra kawi. Ia masih ingat murid kesayangannya yang paling pandai. Yakni I Nyoman Gardu dari Samping Buni, Denpasar. Puja adalah tokoh pertama pelopor pendiri seka pesantian pertama Denpasar
 
Perjalanan hampir 92 tahun memang sangat melelahkan. Sekarang ia lupa segala pengambarannya di masa silam. Kegiatannya sehari-hari kini hanya membaca dan membaca, tanpa kuasa lagi melanjutkan bait-bait wirama dengan indah. Suaranya sudah mulai parau. Atas pengabdiannya yang tulus Itu di jagat sastra, Puja pun mendapat pengakuan pemerintah. Tahun 1975 ia dianugrahi Piagam Penghargaan Garjita Budaya oleh Bupati Badung I Wayan Dana. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami