search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Usulan WBD Jatiluwih Dicabut, Prof Windia Desak Pemkab Tabanan Penuhi Janji ke UNESCO
Jumat, 10 Mei 2019, 12:23 WITA Follow
image

Helipad di Jatiluwih, Tabanan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Prof Dr Ir I Wayan Windia SU mendesak pemerintah kabupaten Tabanan (Pemkab) Tabanan untuk mematuhi janji-janjinya ke UNESCO yakni Pembentukan Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia sebagai upaya titik tengah untuk membatalkan usulan dicabutnya status subak di Jatiluwih sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD). 
 
[pilihan-redaksi]
Selain itu, ia juga menuntut pelaksanaan lima langkah prioritas yang harus diterapkan dimana salah satunya adalah kegiatan pariwisata yang terkendali.
 
"Sebagian besar usulan saya sudah saya sampaikan ke Pemkab Tabanan dan isunya sudah saya sampaikan ke Kemenko PMK. Saya juga sempat ditelpon asistennya. Dan Gubernur memang sudah menyarankan saya untuk mencari titik tengah. Tapi biar saja bergulir dulu agar ada atensi," ungkapnya.
 
Sebelumnya Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana (Unud) itu diundang mengikuti Konferensi Air Internasional 2019 oleh United Nation, Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO). Acara “UNESCO International Water Conference 2019” ini akan digelar selama dua hari yakni 13 dan 14 Mei mendatang di Kota Paris, Prancis. 
 
Dalam acara tersebut, disamping mempresentasikan subak sebagai sistem irigasi khas di Bali, Prof Windia tergerak untuk mengusulkan agar status subak sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) dicabut oleh UNESCO. Khususnya subak di Jatiluwih, Tabanan. 
 
Usulan status WBD subak agar dicabut karena Prof. Windia melihat kondisinya saat ini sudah sangat memprihatinkan. Terlebih, kata dia, pemerintah khususnya Kabupaten Tabanan tak menepati janjinya kepada UNESCO seperti saat pertama kali subak diusulkan menjadi WBD.
 
[pilihan-redaksi2]
“Jadi kita mengusulkan sebagai WBD itu kan dengan berat. Sejak 12 tahun sebelumnya telah diusulkan, dan baru disetujui UNESCO. Dan saat kita usulkan itu harus ada Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia di subak itu,” terang Prof. Windia seperti dikutip dalam akun media sosial Denpasar Viral.
 
Sementara, Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti sangat menyayangkan pernyataan yang dianggapnya sepihak. Dia mengajaknya untuk duduk bersama dan membicarakannya dengan baik. 
 
"Mari menjaga bersama dan mengawasi bersama. Tapi kalau hanya bicara di media tentunya bukan solusi namanya," tandasnya. (bbn/rob)

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami