search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Arsitektur Pura Dalem Balingkang, Salah Satu Daya Tarik Utama Wisatawan Tiongkok (1)
Kamis, 26 Desember 2019, 08:25 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tiongkok menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang terbesar wisatawan ke Bali. Pada tahun 2019, Tiongkok masih berada di peringkat pertama namun jumlahnya menurun, jadi diperlukan Daerah Tujuan Wisata (DTW) baru untuk mendongkrak, dan DTW tersebut adalah Pura Dalem Balingkang yang merupakan bukti perpaduan dua kebudayaan Bali-Tionghoa. 

Diawali dari perkawinan raja Bali dengan Kang Cing Wie (putri saudagar Tiongkok) yang langsung diangkat sebagai Ratu Ayu Mas Subandar (kepala syahbandar). Karena jasa Kang Cing Wei dalam perdagangan, maka didirikannya palinggih Subandar, sebagai tempat pemujaan khusus terhadap Ratu Ayu Mas Subandar.

Hal ini disampaikan Direktur Politeknik Internasional Bali (PIB) Prof Anastasia Sulistyawati, dalam seminar di PIB, Tabanan, Bali belum lama ini. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimanakah arsitektur kongco atau palinggih Ratu Ayu Mas Subandar di Pura Dalem Balingkang dan makna simboliknya bagi masyarakat Bali dan masyarakat Tionghoa? 2) Bagaimanakah potensi arsitektur Pura Dalem Balingkang sebagai salah satu daya tarik utama wisatawan dalam rangka pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali? Penelitian menggunakan teori simiotika dan sejarah diakronis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dan studi pustaka. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan arsitektur Palinggih Ratu Ayu Mas Subandar di Pura Dalem Balingkang secara arsitektonis tidaklah ada perbedaan dengan arsitektur palinggih lain yang tradisional Bali, hanya hiasannya lebih didominasi oleh warna merah dan dilengkapi pernak-pernik yang menjadi ciri khas dari budaya Tionghoa. 

Secara simbolik palinggih Ratu Ayu Mas Subandar berfungsi sebagai simbol ibu atau pradhana. Sedangkan purusa-nya adalah Palinggih Pajenengan Bhatara Dalem Balingkang di Jeroan Pura Dalem Balingkang. Keduanya merupakan simbol Rwa Bhineda (dua unsur berbeda atau berlawanan tetapi selalu berpasangan). Warga Bali pendatang baik dari Jawa dan Tiongkok dengan Bali Mula dan Bali Aga, menjadi satu dalam akulturasi yang harmonis sebagai umat Hindu-Buddha Bali. 

Oleh karena itu, Pura Dalem Balingkang memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai salah satu daya tarik utama bagi wisatawan Tiongkok untuk berkunjung ke Bali dalam rangka membangun pariwisata berkelanjutan, sekaligus sebagai sarana diplomasi budaya antar kedua Negara Tiongkok dan Indonesia yang lebih kokoh di masa mendatang.

Pulau Bali merupakan destinasi wisata paling populer di Indonesia. Bali adalah sebuah pulau yang eksotik dengan panorama alam yang indah, seni, dan budaya yang unik, serta perilaku penduduknya yang ramah tamah. Bali menjadi primadona pariwisata Indonesia yang mampu menarik kunjungan wisatawan dari segala penjuru dunia. Tidak terkecuali wisatawan dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT). 

Bali di mata masyarakat Tiongkok di RRT menduduki posisi pertama sebagai destinasi tujuan wisata dan hingga kini turis asal RRT (Tiongkok) masih mendominasi kunjungan pariwisata di Bali.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, lima tahun terakhir (2014-2018) jumlah kunjungan wisatawan asal Tiongkok terus bertambah. Pada tahun 2014 tercatat terdapat 585.922 wisawawan Tiongkok, di tahun 2015 jumlah meningkat menjadi 688.469 wisatawan, diikuti pada tahun 2016 sebanyak 975.152, tahun 2017 berjumlah 1.356.412, dan tahun 2018 mencapai 1.361.512 wisatawan Tiongkok. Penambahan jumlah wisatawan ini sepertinya berhenti di tahun 2018. Meski masih bertahan, tapi jumlah wisatawan asal Negeri Tirai Bambu ini menurun dibanding tahun sebelumnya. 

Kedatangan wisatawan Tiongkok ke Pulau Dewata per April 2019 tercatat berjumlah 94.202 orang, jumlah ini menurun dibandingkan April tahun 2018 yang mencatat kunjungan 121.840 orang atau menurun sebanyak -22,68 persen (https://travel.detik.com/travel-news/d-4587421/turis-china-masih-dominasi-wisata-bali-tapi- ada-penurunan). 

Data terbaru menunjukkan total wisman Tiongkok selama 2019 sebesar 839.997 orang, namun secara kumulatif, jumlah tersebut menurun hingga 12,66 % dibandingkan periode sama pada 2018 (https://www.wartaekonomi.co.id/read 249499/china-dominasi-kunjungan-turis- ke-pulau-dewata.html).

Penurunan itu turut dipengaruhi oleh penutupan Toko mafia Tiongkok yang melakukan praktik ilegal sejak awal tahun 2019 serta situasi politik (isu people power) pada Mei 2019. Berdasarkan hal tersebut Wakil Gubernur (Wagub) Bali, yang dikenal dengan nama Cok Ace memiliki ide untuk memulihkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali. Cok Ace menggagas festival yang ‘berbau’ dan terkait dengan akulturasi budaya Bali-Tionghoa, yaitu Festival Pertama Balingkang Kintamani 6 Februari 2019.

Ini salah satu cara untuk membangun sebuah tujuan wisata baru yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat di daerah tujuan wisata baru tersebut. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan untuk menggelar festival lainnya di daerah tersebut yang dapat menambah kunjungan wisatawan Tiongkok dan wisatawan mancanegara lainnya. Festival Balingkang Kintamani digelar untuk menunjukkan akulturasi budaya Tionghoa-Bali yang terdapat pada Pura Dalem Balingkang. [Prof. Anastasia Sulistyawati/ bersambung]

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami