search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ribuan Burung Gagak Menyerbu Kota Wuhan, Ilmuwan Sebut Hal itu Normal
Senin, 17 Februari 2020, 12:10 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/pixabay

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Netizen dihebohkan dengan beredarnya banyak video mengenai keberadaan ribuan burung gagak yang ada di Wuhan. Sebagai referensi, Wuhan merupakan ibu kota Hubei, sebuah tempat di mana virus corona pertama kali muncul.

[pilihan-redaksi]
Tak hanya di Wuhan, ribuan gagak juga menyambangi beberapa kota yang masuk dalam Provinsi Hubei, China. Netizen di China ramai menyebarkan rekaman video melalui media sosial Weibo, aplikasi TikTok, hingga channel YouTube mengenai pemandangan yang cukup menyeramkan.

Bagaimana tidak, di atas langit Wuhan hingga jalanan kota justru dipenuhi dengan ribuan burung gagak. Seperti dilaporkan oleh Daily Star, dalam budaya China, gagak sering melambangkan nasib buruk atau kematian sehingga rekaman yang beredar cukup mengundang narasi ketakutan.

Banyak netizen yang berpendapat itu ada hubungannya dengan "bau kematian" para pasien yang terinfeksi virus korona. Mereka percaya bahwa burung gagak mempunyai semacam indra penciuman yang dapat mendeteksi bau di mana manusia tidak bisa menciumnya.

Sebagian lainnya berpendapat bahwa itu bisa saja karena burung gagak mencari makan abu mayat manusia yang keluar dari cerobong kremasi. Beberapa netizen lain yakin bahwa hal tersebut disebabkan banyaknya serangga yang mati karena disinfektan yang disebar di banyak jalan sehingga memancing ribuan burung gagak.

Bagi netizen yang percaya pada mitologi, mereka mengaitkan hal ini dengan sebuah pertanda "kematian" yang akan semakin banyak. Berdasarkan data terakhir dari JHU CSSE (kumpulan data dari WHO, CDC, dan lembaga kesehatan internasional lainnya), jumlah korban yang terinfeksi virus corona mencapai 60.349 orang. Korban meninggal telah menyentuh angka 1370 orang di mana sebagian besar (1.310 orang) merupakan korban meninggal di Provinsi Hubei, China. Sebanyak 6.243 telah berhasil disembuhkan.


Melalui thread yang viral di Twitter, ilmuwan akhirnya angkat bicara dalam menanggapi fenomena di atas. Profesor Kaeli Swift, seorang ilmuwan dari Corvid Research menjelaskan ribuan gagak yang menyerbu Kota Wuhan adalah sebuah fenomena yang normal.
 
Kaeli Swift merupakan seorang ilmuwan sekaligus dosen pengajar di School of Environmental and Forest Sciences, University of Washington. Profesor ini adalah seorang ilmuwan di mana salah satu fokus penelitiannya adalah perilaku gagak.

Dalam akun Twitter-nya, Profesor Kaeli Swift menjelaskan bahwa serbuan burung gagak ada kaitannya dengan perilaku komunal, pencarian makan, serta perbedaan suhu antar wilayah jangkauannya.

"Sangat normal, burung gagak berkumpul untuk tidur bersama dalam sarang komunal (berkelompok dalam jumlah banyak). Karena pusat-pusat kota biasanya 1-2 derajat Celcius lebih hangat daripada hutan sekitarnya dan lebih terisolasi dari predator, mereka terkadang bertengger di kawasan bisnis. Ini adalah video dari Seattle, Amerika Serikat saat kumpulan burung gagak melakukan roosting," kata Kaeli Swift.

Aktivitas roosting merupakan sebuah aktivitas berkumpulnya burung gagak dalam jumlah antara 200 hingga puluhan ribu selama beberapa bulan, biasanya terjadi saat musim dingin.

Di China, saat ini sedang terjadi musim dingin sehingga penjelasan dari profesor ini cukup cocok. Roosting cenderung terjadi di dekat sumber makanan besar seperti tempat sampah dan pusat perbelanjaan.

"Lebih mungkin mereka berkumpul untuk mencari makan di rumput. Gagak adalah salah satu dari sedikit spesies yang dapat menggunakan halaman industri perkotaan, terutama ketika daerah itu diserang oleh larva chaffer (sejenis kumbang). Jadi hamparan rumput besar seringkali merupakan lokasi pencarian makan bersama. Jika masuk waktu senja, maka itu terkait dengan aktivitas roosting," tambah Kaeli Swift.

Namun jawaban ilmuwan ini sepertinya tidak memuaskan netizen di China sehingga mereka memprotes bahwa kejadian di atas tidak bisa dihubungkan dengan kejadian burung gagak di AS.

"Jangan gunakan perbandingan antara AS dan China. Tidak ada perbandingan semacam itu. Biasanya gagak tidak dapat muncul di tempat-tempat umum di China karena mereka akan diusir dan dibunuh. Ini bukan fenomena normal sehingga banyak burung gagak tiba-tiba terbang dalam waktu yang bertepatan (virus corona)!" tulis salah seorang netizen asal China.

Balasan dari netizen tersebut menjadi perhatian sang ilmuwan dan ia berjanji akan segera menyelidiki lagi untuk memastikan kesimpulan utamanya.

Saat ini sang profesor masih berada di AS sehingga ia akan meminta temannya di China untuk memverifikasi ekologi burung gagak di sekitar Provinsi Hubei sehingga kesimpulannya bisa lebih akurat.

Semoga saja ilmuwan di atas dan temannya bisa memecahkan masalah utama mengenai fenomena ribuan burung gagak yang menyerbu Kota Wuhan karena fenomena tersebut sudah banyak memancing banyak spekulasi.

Sumber: Hitekno.com

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami