search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Studi: Dibanding Batuk, Berbicara Lebih Berisiko Sebarkan Covid-19
Kamis, 21 Januari 2021, 11:20 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Studi: Dibanding Batuk, Berbicara Lebih Berisiko Sebarkan Covid-19

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kita telah masuk di masa ketika ada seseorang batuk atau bersin di area publik, akan membuat banyak orang langsung merasa tak nyaman.

Ini semua terjadi akibat stigma Covid-19 yang saat ini tengah mewabah di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Batuk dan bersin disebut-sebut dapat menyebarkan partikel-partikel kecil yang berisiko membuat orang lain terinfeksi penyakit.

Tapi menurut sebuah penelitian, berbicara lebih berisiko menularkan Covid-19 lebih cepat dibanding batuk.

Mengutip Live Science, Kamis (21/1/2021) berbicara lebih berisiko menularkan Covid-19 dibanding batuk, khususnya jika sedang berada di dalam ruangan dengan ventilasi atau sirkulasi udara yang buruk.

Penelitian yang diterbitkan pada Selasa, 19 Januari 2021 dalam jurnal Proceedings of the Royal Society ini menemukan virus bisa menyebar sejauh dua meter dalam hitungan detik, jika berbicara di dalam ruangan yang berventilasi buruk.

Para peneliti menggunakan model matematika untuk mencari tahu bagaimana Covid-19 menyebar di dalam ruangan, yang bergantung pada ukuran ruangan, jumlah orang, seberapa baik ventilasi udara, dan apakah orang-orangnya menggunakan masker.

Hasilnya ditemukan ketika dua orang tanpa masker berada di dalam ruangan berventilasi buruk, banyak berbicara lebih berisiko tertular dan menularkan virus dibanding orang yang hanya melakukan batuk pendek.

Ini karena saat berbicara kita menghasilkan tetesan air liur atau droplet kecil yang melayang di udara, menyebar dan menumpuk di ruangan berventilasi buruk.

Jika berbicara menghasilkan droplet kecil yang melayang di udara dan menyebar, namun batuk menghasilkan droplet besar yang langsung jatuh ke lantai atau permukaan tanah.

Dalam permodelan penelitian ini, peneliti menemukan batuk pendek menghasilkan droplet yang lebih cepat jatuh satu hingga tujuh menit setelah batuk.

Sebaliknya saat seseorang berbicara selama 30 detik, setelah 30 menit barulah partikel droplet ini bisa jatuh ke lantai. Namun jumlah partikel droplet yang lebih ringan bisa melayang di udara hingga 1 jam.

Namun peneliti tetap menemukan memakai masker kain dua lapis jenis apapun bisa mengurangi jumlah partikel virus corona, karena masker bisa menyaring droplet yang kecil dan memperlambat udara yang mengandung virus terhirup tubuh.

Ini artinya jaga jarak saja tidak cukup untuk mencegah penularan Covid-19, tapi membutuhkan masker, dan sirkulasi udara yang baik.(sumber: suara.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami