30 Provinsi Belajar Penanganan Tuberkulosis di NTB
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Sebanyak 30 peserta dari 30 provinsi se-Indonesia mengikuti pelatihan penanganan penyakit menular, di Jayakarta Hotel Senggigi Lombok Barat, NTB, Senin (8/3).
Pelatihan untuk Strategi Program Tuberkulosis Nasional ini, guna mendukung program nasional pencegahan TBC di Indonesia.
Direktur Nasional Recipient Program Eliminasi TB-GF ATM Principal Recipient Konsorsium Komunitas PenaBulu –STP, Eni Ahmad melaporkan, Program Komunitas Eloiminasi TBC Indonesia hadir untuk Strategi Program Tuberkulosis Nasional.
Mendukung program nasional pencegahan TBC, peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien, pengendalian infeksi dan optimalisasi pemberian pengobatan. Pencegahan TBC dan peningkatan peran serta komumitas mitra dan multi sektor lainnya dalam eliminasi TBC dan pemamfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis dan tata laksana TBC.
“Peserta pelatihan ini diikuti 30 orang dari 30 provinsi di Indonesia dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlangsung dari tanggal 6 hingga 10 Maret 2021. Peserta selain berdiskusi masalah kesehatan khussnya dalam penanganan TB juga ingin mendapatkan masukan dari Pemprov NTB terkait penanganan TB yang selama ini dilakukan di NTB,” kata Eni.
Wakl Gubernur NTB, Doktor Sitti Rohmi Djalillah yang hair membuka acara pelatihan mengatakan, penyakit menular di Indonesia baik Tuberkulosis (TB) terlebih Covid-19 kerap kali disalahartikan oleh masyarakat. Mengatasi penyakit menular sesunguhnya bagaimana terlebih dahulu sesegera mungkin menemukan kasus.
Namun sebaliknya yang terjadi di masyarakat yakni berusaha menghindari untuk tidak menemukan kasus. Cara berpikir masyarakat seperti ini diakui sesuatu yang sulit untuk diubah.
“Karena itu kita di NTB ini terus-menerus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Dan dengan begitu tindakan-tindakan promotif preventif yang cepat bisa dilakukan dengan baik. Posyandu berbasis keluarga merupakan salah satu solusi menangani masalah kesehatan di NTB termasuk penyakit menular seperti TB,” kata Wagub Siti Rohmi.
Wagub menyatakan, persoalan TB di Indonesia termasuk di NTB menjadi PR besar yang harus diselesaikan bersama-sama. Cara paling efektif yang selama ini dilakukan di NTB yakni dengan melakukan edukasi dan sosialisasi secara terus-menerus hingga ke tingkat dusun, melalui gerakan Posyandu yang setiap bulan dilaksanakan.
Melalui Posyandu tidak saja persoalan kesehatan yang bisa diedukasi, namuin persoalan lainpun bisa disosialisasi seperti lingkungan, ketenagakerjaan, sosial kemasyarakatan dan lain sebagainya. Wagub yang biasa disapa Ummi Rohmi ini di hadapan peserta pelatihan dari 30 provinsi se Indonesia ini juga mengungkapkan, Pemprov NTB saat ini tengah giat-giatnya melakukan Revitalisasi Posyandu menuju Posyandu Keluarga yang mandiri.
Melalui Posyandu bisa dilakukan intervensi berbagai program dan kebijakan pemerintah daerah. Posyandu dihajatkan untuk dibentuk menjadi lebih power full dan bisa menjadi center education berbasis dusun. Dari Posyandu berbasis dusun akan lebih gampang untuk memotretnya, mengevaluasi dan memonitornya.
Wagub bahkan mengapresiasi pertumbuhan Posyandu di NTB yang hingga saat kini sudah mencapai 7.000 Posyandu. Yang mana sejak digerakkannya Posyandu keluarga tahun 2019, terjadi penambahan Posyandu setiap tahunnya kurang lebih 2.000 Posyandu NTB menggandeng steakholder termasuk NGO lainnya untuk mensukseskan program kesehatan di NTB dengan segala persoalannya melalui wadah Posyandu Keluarga.
Reporter: bbn/lom