search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Petani Rumput Laut di Lembongan Kembali Menggeliat
Senin, 27 Desember 2021, 13:45 WITA Follow
image

beritabali/ist/Petani Rumput Laut di Lembongan Kembali Menggeliat.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

Semenjak Pandemi Covid-19 menerpa Bali khususnya Lembongan, Nusa Penida, Klungkung membuat pelaku pariwisata lumpuh total.

Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar masyarakat sangat menggantungkan hidup di sektor pariwisata.
Meskipun demikian tidak seluruh pekerja pariwisata menyerah begitu saja, tetapi masih sebagian yang tetap berdiri tegak pantang menyerah untuk bertahan hidup.

Seperti salah satunya dilakukan I Kadek Sukarca yang merupakan pekerja pariwisata di Nusa Lembongan yang ikut terdampak Pandemi covid-19. Ia kemudian beralih banting setir kembali menjadi petani rumput laut.

Hal tersebut menurutnya tidak sulit dilakoni, karena orang tuanya memang seorang petani rumput laut. Dengan menjadi petani rumput laut, dirinya mengaku telah mampu meraup jutaan rupiah per bulan dari hasil ratusan kilogram per bulannya.

"Kembali ke rumput laut berjenis rumput laut Sakul Katoni memang sebelumnya pada 1985 di Lembongan beberapa orang tua kami telah menjadi petani rumput laut dengan jumlah kelompok saat itu sebanyak 9 kelompok," jelasnya.

Tahun 1990, lanjutnya, panen rumput laut pernah mencapai ton ton-an dalam sebulan dari permintaan beberapa negara mancanegara.

"Dulu lebih besar hasil panennya perbulan mampu mencapai 1,5 ton pada 1990 dengan tujuan ekspor ke Jepang, Amerika dan negara Belanda dengan harga jual per kilo saat itu mulai Rp5 ribu hingga Rp7 ribuan," paparnya.

Dengan terjun kembali menjadi petani rumput laut, dirinya mengaku dalam sebulan atau saat panen mampu meraup hasil panen sebesar Rp3 juta.

"Memang tetap semuanya tergantung dari hasil panen akan tetapi rata-rata tiga juta mampu diraup sebulan. Tentu kondisi tersebut sangat membantu di tengah ketidakpastian saat ini," bebernya.

Sebelum pandemi, pertanian rumput laut tidak dihiraukan. Namun sejak pandemi berlangsung hingga kini, pertanian ini mulai dilirik kembali oleh beberapa kepala keluarga atau KK di Desa Lembongan dan sekitarnya.

"Saya tentu sangat bersyukur ada rumput laut ini apa lagi dalam kondisi seperti saat ini," pungkasnya.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami