search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Alasan Stafsus Presiden Sebut Rai Mantra juga Anak Akademis Prof Mantra
Senin, 19 Juni 2023, 10:58 WITA Follow
image

beritabali/ist/Alasan Stafsus Presiden Sebut Rai Mantra juga Anak Akademis Prof Mantra.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

"Peranan Modal Budaya Dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan LPD di Bali saat Covid-19" menjadi judul Desertasi seorang IB. Rai Dharmawijaya Mantra, yang dipertahankannya di depan Tim Penguji Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Rai Mantra, demikian dia kerap disapa, mempertahankan judul Desertasi itu di Sidang Terbuka untuk meraih gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Udayana, Jumat (16/6). 

Mengangkat tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) menjadi ide utama dalam Desertasi, bukanlah tanpa alasan. Rai Mantra, menjelaskan, LPD yang diinisiasi sejak 1984, oleh Profesor IB Mantra, Gubernur Bali era 1978-1988 sekaligus ayah dari IB. Rai Mantra dinilainya bukan hanya lembaga desa berbasis profit, namun juga lembaga sosial yang yang mengemban tugas sosial-budaya. 

Koordinator Staf Khusus Presiden RI, yang juga pegajar di FISIP Universits Gajah Mada, Anak Agung Ari Dwipayana, dalam sidang terbuka itu mengemukakan Rai Mantra mengukuhkan dirinya bukan hanya sebagai anak biologis Prof. Dr. IB Mantra, tetapi telah menjadi anak akademis, pewaris ideologis, penerus gagasan besar Prof Mantra. Dikatakan pendirian LPD adalah bagian dari strategi kebudayaan yang dipikirkan Prof Mantra.

"Seperti yang kita tahu, dalam bukunya yang berjudul Landasan Kebudayaan Bali, Prof IB Mantra menyebutkan bahwa kemajuan-kemajuan atau modernisasi memerlukan landasan budaya yang kuat, kreatif dan berakar pada kepribadian," ungkap Ari Dwipayana. 

Ari Dwipayana melanjutkan, hal tersebut juga merupakan sebuah kritik atas pendekatan modernisme dan juga pandangan kaum positivitik-neo klasik yang menyatakan adopsi terhadap sistem kapitalistik akan mengantarkan pada kemajuan yang sama. 

"Pandangan ini mengabaikan adanya formasi sosial, kelembagaan sosio-ekonomi yang berbeda dimana menghasilkan hasil yg berbeda. Ada sebuah Studi Clifford Geertz yang membandingkan antara Tabanan dengan Pare dengan menunjukan pentingnya melihat konfigurasi sosial dalam masyarakat dalam menjelaskan perubahan sosial-ekonomi," urai Ari Dwipayana. 

Sistem kapitalisme, kata Ari Dwipayana juga memunculkan respons berupa kelembagaan baru yang tidak sepenuhnya mengadopsi kapitalistik global. Namun, hal itu juga mengakomodasi tradisi kepentingan lokal. 

"Sehingga muncul lembaga "in between", yang bekerja dengan cara berbeda. Prof Mantra menyebut LPD sebagai perkawinan tradisi dan manajemen modern. Prof Mantra juga melihat pentingnya revitalisasi lembaga-lembaga tradisional, reintegrasi dan adaptasi. Inilah strategi kebudayaan yang digagas Prof Mantra untuk  berhadapan dengan modernitas," kata Ari Dwipayana. 

Lebih lanjut Ari Dwipayana mengatakan gagasan besar inilah yang diteruskan oleh IB. Rai Dharmawijaya Mantra dalam Disertasinya yang mengangkat Peranan Modal Budaya Dalam Meningkatkan Kinerja LPD di Bali saat Covid 19.

Editor: Robby

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami