Putin Bingung Dokumen Wagner Group Bocor Usai Upaya Pemberontakan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut dalam posisi sulit usai dokumen Wagner Group bocor menyusul pemberontakan tentara bayaran ini terhadap Kremlin pada akhir Juni lalu.
Penilaian itu muncul dari lembaga think tank Institute for the Study of War (ISW). Mereka menduga keputusan Putin tak "membuang" Wagner dengan cepat usai pemberontakan menempatkan dia dan bawahannya "dalam posisi yang bingung."
Wagner dilaporkan masih melakukan perekrutan di Rusia. Sementara itu, Kementerian Pertahanan berusaha membujuk anggota tentara bayaran ini untuk menandatangani kontrak.
"[Namun, situasinya] mempersulit Putin dan pemain lain Rusia untuk mengetahui bagaimana berinteraksi dengan Wagner Group dan para pemimpin serta pejuang mereka," demikian menurut ISW, seperti dikutip Newsweek, Senin (10/7).
Pernyataan ISW muncul usai beredar dokumen tertanggal 1 Mei 2014 yang menunjukkan berdirinya Wagner oleh Yevgeny Prigozhin.
Dokumen tersebut, lanjut mereka, mungkin dirilis untuk menampilkan Wagner sebagai "organisasi profesional." Dalam dokumen itu tertera aturan pertempuran Wagner di Ukraina timur.
Pada 2014, Rusia dan Ukraina sempat berkonflik. Kremlin lalu menganeksasi Crimea dari Ukraina secara ilegal.
Dokumen itu juga menguraikan Prigozhin sebagai direktur organisasi, dan sosok yang menyediakan senjata, pendanaan, serta jaminan bagi mereka yang tewas atau terluka dalam perang.
Tak hanya itu, dokumen tersebut menekankan bagaimana tentara bayaran tak akan bertindak melawan Putin atau bangsa Rusia.
Wagner sendiri menjadi sorotan usai berencana menyerbu Moskow pada 24 Juni. Di saat yang bersamaan Prigozhin mengklaim pasukan sudah tiba di Rostov, sekitar 200 kilometer dari ibu kota Rusia.
Prigozhin juga mengaku telah menguasai pangkalan militer di Rostov. Tak lama setelah ini, Putin merespons tindakan sekutu dekatnya.
Orang nomor satu di Rusia itu menyebut aksi Prigozhin sebagai pengkhianatan
Putin juga menghubungi pemimpin negara lain dari Belarus hingga Turki. Presiden Belarus Alexander Lukashenko kemudian menjadi mediator antara Prigozhin dan Rusia.
Lukashenko menawarkan ke Prigozhin agar pasukannya tak menyerang wilayah Rusia, dan menghindari pertumpahan darah.
Bos Wagner lalu sepakat dan dilaporkan pergi ke Belarus. Prigozhin juga disebut bebas dari ancaman hukuman bui.
Mulanya, dia terancam dibui hingga 20 tahun karena mengancam keamanan Rusia dengan melakukan pemberontakan.
Setelah sempat di Belarus, Lukashenko mengatakan Prigozhin telah di Rusia. Namun, hingga kini keberadaan dia tak diketahui dengan pasti.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net