Usai Dilanda Banjir, Kasus DBD Meningkat di Jembrana
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Jembrana pekan lalu berpotensi meningkatkan kasus demam berdarah dengue (DBD).
Salah satu daerah yang terdampak banjir, yaitu Desa Pengambengan, dikategorikan sebagai wilayah rawan DBD. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Jembrana telah membentuk posko kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan masyarakat di wilayah terdampak banjir.
Posko kesehatan ini berada di Puskesmas di sekitar wilayah yang terkena banjir. Selain masyarakat dapat mengunjungi Puskesmas, mereka juga dapat datang ke posko kesehatan yang berlokasi di Desa Gumrih dan Desa Pengambengan, tempat terjadinya banjir tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, I Gede Ambara Putra, menyatakan bahwa banjir yang terjadi di beberapa desa di Jembrana menjadi perhatian khusus karena berpotensi menyebabkan masalah kesehatan bagi warga. Setelah banjir, ada potensi terjadinya penyakit kulit seperti gatal-gatal dan juga potensi peningkatan kasus demam berdarah.
"Kami telah memantau dampak kesehatan di daerah terdampak banjir," ujarnya.
Dampak kesehatan yang paling serius yang mungkin terjadi setelah banjir adalah peningkatan kasus demam berdarah. Terutama di Desa Pengambengan, yang merupakan desa pesisir selatan Jembrana, sebelum terjadinya banjir, desa tersebut sudah masuk dalam kategori wilayah rawan DBD karena kepadatan penduduk dan mobilitas yang tinggi. Banjir dan genangan air selama beberapa hari meningkatkan risiko terjadinya DBD.
Selain mendirikan posko kesehatan untuk memantau kesehatan masyarakat, juga dilakukan pemantauan lingkungan untuk mengantisipasi penyebaran DBD. Pemantauan lingkungan ini bertujuan untuk menemukan banyaknya vektor nyamuk.
Jika ditemukan, maka dilakukan pengasapan (fogging) guna membasmi nyamuk. Namun, pengasapan hanya efektif untuk membunuh nyamuk dewasa, sementara pemberantasan sarang nyamuk diperlukan untuk menghancurkan jentik nyamuk.
"Peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah DBD," tambahnya.
Kasus DBD setelah banjir ini menjadi perhatian khusus mengingat kasus DBD di Jembrana cukup tinggi dalam lima tahun terakhir. Dalam periode Januari hingga Juni, telah tercatat 392 kasus DBD di Jembrana, sedangkan tahun 2022 terdapat 347 kasus, tahun 2021 terdapat 96 kasus, tahun 2020 terdapat 267 kasus, dan tahun 2019 terdapat 213 kasus.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana masih melakukan upaya penyedotan genangan air yang masih terjadi di beberapa rumah warga Desa Pengambengan. Dari lebih dari seribu rumah yang terendam banjir, masih ada beberapa yang tergenang air hingga kemarin.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/jbr