search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kasus DBD di Jembrana Melonjak, Rekor Global Tembus 4 Juta
Selasa, 25 Juli 2023, 14:45 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Kasus DBD di Jembrana Melonjak, Rekor Global Tembus 4 Juta.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Jembrana tahun 2023 mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama. 

Tercatat sudah 394 kasus DBD sejak Januari hingga Juli 2023. Pemerintah menyebut lonjakan kasus yang drastis ini merupakan bagian dari siklus 5 tahunan. 

Namun, kali ini terjadi perubahan dari prediksi sebelumnya, dimana lonjakan terjadi pada tahun 2023, bukan pada 2021. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya mobilitas penduduk dan perubahan iklim yang ekstrem, yang menyebabkan pola kembangbiak nyamuk menjadi lebih cepat.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengingatkan bahwa kasus DBD secara global mencetak rekor tertinggi pada tahun ini. Terdapat setidaknya 4 juta kasus di seluruh dunia, mendekati rekor kasus pada tahun 2019 yang mencapai 5,2 juta kasus dalam setahun.

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jembrana, dalam kurun waktu lima tahun dari 2019 hingga Juli 2023, tercatat sebanyak 1.317 kasus DBD di Jembrana

Rincian jumlah kasus tersebut adalah 213 kasus pada tahun 2019, 267 kasus pada tahun 2020, menurun drastis menjadi 96 kasus di tahun 2021, kembali meroket menjadi 347 kasus di tahun 2022, dan hingga 24 Juli 2023 sudah tercatat 394 kasus. 

Jumlah kasus pada tahun 2023 melampaui jumlah kasus dalam setahun pada tahun 2022 dan menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr. Made Dwipayana Selasa (25/07/2023) menjelaskan bahwa jumlah kasus pada tahun 2023 mencatat angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. 

Lonjakan kasus yang sangat drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perubahan iklim yang ekstrem, terutama fenomena topan el mona dan siklon di selatan Indonesia. Selain itu, faktor lainnya adalah siklus lima tahunan yang terjadi secara rutin dalam beberapa dekade.

"Dulu terjadi pada tahun 2016, tapi pada 2021 justru terjadi penurunan drastis, dan kini terjadi di tahun ini," ujar dr. Dwipayana saat dikonfirmasi pada Senin, 24 Juli 2023.

Dia juga melanjutkan, bahwa kondisi saat ini, yaitu perubahan iklim yang ekstrem, menyebabkan laju perkembangan nyamuk Aedes Aegypti semakin massif. Jika sebelumnya nyamuk tersebut berkembang biak dalam beberapa pekan, kini menjadi kurang dari 10 hari untuk menjadi nyamuk dewasa.

"Sehingga proses kembangbiaknya lebih cepat dari biasanya, dan ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus DBD," ungkapnya.

Tingginya mobilitas penduduk pasca pandemi juga menjadi penyebab tingginya kasus demam berdarah saat ini. Hal ini sangat mempengaruhi penyebaran virus dari satu daerah ke daerah lain. Ketika seseorang terjangkit virus DBD di suatu wilayah, kemudian pindah ke wilayah lain dan digigit oleh nyamuk, maka penyebaran kasus akan terjadi.

"Nyamuk yang menggigit warga terinfeksi DBD ini kemudian menggigit yang belum terinfeksi. Sehingga mobilitas ini juga sangat berpengaruh terhadap lonjakan kasus tahun ini," jelasnya.

Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan pola menjaga kebersihan lingkungan. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengendalian kasus DBD di masa mendatang. Selain itu, fogging dilakukan dengan dua jenis berbeda, yaitu fogging sebelum masa penularan (SMP) dan fogging ketika ditemukan kasus di suatu wilayah.

"Yang jelas, seluruh Jembrana masuk wilayah endemi. Kami sarankan agar masyarakat selalu waspada dan rutin melakukan pencegahan dengan Program Sanitasi Lingkungan (PSN)," tandasnya.

Editor: Robby

Reporter: bbn/jbr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami