search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Desa Sidan Berbagi Pengalaman Usai Dua Tahun Terapkan Pertanian Organik
Sabtu, 5 Agustus 2023, 14:50 WITA Follow
image

beritabali/ist/Desa Sidan Berbagi Pengalaman Usai Dua Tahun Terapkan Pertanian Organik.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Kembali ke konsep alam yang alami. Itulah yang diterapkan oleh Desa Sidan, Kecamatan Gianyar lewat produk unggulan berupa pertanian organik dengan luas tanam hingga 40 hektare. 

Salah satu ketua kelompok tani pertanian organik Desa Sidan, I Wayan Kaler Sudira, mengaku banyak manfaat yang diperoleh dari pertanian organik di Sidan.

Dia mengaku pertanian organik adalah pertanian dengan biaya termurah. "Kita kembali ke pertanian tradisional," ujar dia, Sabtu (5/8/2023).

Pertanian organik, dari rabuk atau pupuk hingga obat-obatan untuk tanaman, dibuat sendiri dari bahan alam. "Misal bongkol (akar) pisang biu batu, kandungan kalium tinggi. Itu dicampur kelor dan didiamkan dua minggu, itu sudah menjadi pupuk organik cair," jelasnya.

Selanjutnya, aplikasi pupuk itu disemprot pada tanaman. Pupuk buatan dari bahan alam itu untuk merangsang masa pertumbuhan.

Di desa Sidan, menggunakan pola mikro organik lokal. Kini, hitungan di atas kertas, dengan luas tanam 50 are, butuh 5 kg batang pisang, 1 kg gula merah dan kelor. 

Bahan itu dicincang dan dicampur kemudian ditambah bakteri yang bisa dibeli di toko tanaman. "Kalau olah sendiri, itu tanpa biaya," jelasnya.
Selain itu, bisa digunakan kotoran sapi yang didiamkan selama dua minggu. 

Untuk hasilnya, hampir sama, namun harga jelas berbeda. Justru hasil organik sesuai harga pasar, yakni Rp22 ribu per kilo beras. "Lebih mahal karena organik dan baik untuk kesehatan," jelasnya.

Nasi yang dihasilkan juga menjadi kulen dan empuk. "Beras organik tanpa residu. Kalau beras kimia, masih ada residu, itu kan racun," jelasnya.

Dia berharap, masyarakat kembali ke pola tradisional. Karena ada sejumlah hal yang terjadi dengan mengubah ke pola organik. "Alam menjadi subur, tanah tidak keras dan asam karena kimia berlebihan," jelasnya.

Dengan organik, ekosistem di sawah kembali hidup. Misalnya cacing, kakul, lindung dan hewan lainnya kembali muncul. Juga capung muncik. "Itu bisa diambil untuk lauk dapur. Dulu makan kakul, lindung, capung dimasak sebagai lauk di rumah," imbuh dia.

Di Sidan, sejak menerapkan organik, hewan yang kini langka mulai tumbuh ekosistem sawah. 

Editor: Robby

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami