Tradisi Gebug Ende di Desa Adat Seraya Diyakini Mampu Turunkan Hujan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KARANGASEM.
Warga Desa Adat Seraya, Karangasem kembali melaksanakan tradisi Gebug Ende Sakral yang rutin digelar sekali dalam setahun usai aci penyineban Usaba Kaja atau Usaba Kapat di Pura Puseh dan Bale Agung yang jatuh pada Selasa (3/10/2023).
Dalam gelaran kali ini, seperti biasa peserta gebug ende terdiri dari dua orang pria dewasa. Bersenjatakan rotan berikut tameng (ende). Keduanya kemudian saling serang di bawah komando seorang "saye" atau wasit. Uniknya di sela - sela pertarungan peserta biasanya melakukan aksi tarian - tarian khas Gebug Ende untuk mengecoh lawannya.
Kelian Desa Adat Seraya, I Made Salin menuturkan, berdasarkan kepercayaan yang telah diwariskan secara turun temurun, tradisi gebug ende ini berkaitan dengan ritual untuk memohon hujan turun setelah dilanda kemarau panjang.
"Kepercayaan kami disini tradisi Gebug Ende ini juga diyakini mampu mengundang hujan. Setiap gelaran tradisi Gebug Ende akan dilaksanakan selama 3 hari, dimana setiap pelaksanaannya minimal ada 3 kali Gebug Ende, nah setelah ini kami tinggal menunggu turunnya hujan," kata Salin.
Seperti yang diketahui, kondisi wilayah Desa Adat Seraya berada di dekat garis pantai dengan lahan cenderung didominasi perbukitan dan sungai. Secara geografis Desa Seraya berada diketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut yang mebuatnya cukup sulit untuk bisa turun hujan.
Editor: Robby
Reporter: bbn/krs