search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi Mbed-Mbedan di Desa Semate, Serunya Duel Emak-Emak vs Bapak-Bapak
Selasa, 1 April 2025, 12:36 WITA Follow
image

beritabali/ist/Tradisi Mbed-Mbedan di Desa Semate, Serunya Duel Emak-Emak vs Bapak-Bapak.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sorak-sorai warga menggema di Desa Adat Semate, Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi, Badung pada Minggu (30/3/2025).

Tradisi Mbed-Mbedan digelar sehari setelah Nyepi atau saat Ngembak Geni ini menghadirkan pertarungan seru antara emak-emak dan bapak-bapak dalam adu kekuatan menarik tambang.

Layaknya tarik tambang, para peserta berusaha menarik lawan melewati garis batas untuk dinyatakan kalah. Yang membuat suasana semakin meriah adalah ketika kaum emak-emak sukses mengalahkan bapak-bapak dalam duel seru ini.

Gelak tawa dan sorakan penonton semakin menggema saat para pria kewalahan menghadapi kekuatan kaum ibu.

Keseruan semakin memuncak dengan alunan gamelan baleganjur yang dimainkan para pemuda, menambah semarak perayaan.

Sebelum permainan dimulai, warga terlebih dahulu menghaturkan sembah bakti dan sesaji kepada Tuhan. Ketupat jajan bantal berbahan ketan menjadi sajian khas yang disantap bersama setelah ritual selesai.

Sebelum memasuki laga utama, para ibu-ibu terlebih dahulu menarikan tarian rejang sebagai bagian dari ritual sakral. Mbed-Mbedan kemudian dimulai dengan simbolis penarikan tambang antara pemangku pria dan para istri pemangku.

Setelah itu, pertarungan sesungguhnya terjadi antara dua kelompok pria yang berusaha saling menjatuhkan satu sama lain.

Setelah beberapa ronde pertandingan antar kaum pria, giliran emak-emak turun gelanggang melawan bapak-bapak. Tak disangka, kelompok ibu-ibu berhasil menarik lawan mereka hingga terjungkal melewati garis batas. Para bapak pun hanya bisa tertawa dan menyerah di hadapan kekuatan luar biasa para wanita desa.

Tokoh Desa Adat Semate, I Gede Suryadi, menyebutkan bahwa Mbed-Mbedan adalah tradisi yang sudah ada sejak Tahun Saka 1396 atau 1474 Masehi.

"Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan atas berdirinya Desa Adat Semate dan Pura Kahyangan Putih Semate. Meskipun sempat ditiadakan selama puluhan tahun, tradisi ini kembali dihidupkan berkat upaya warga dalam menggali sejarah desa," paparnya.

Berdasarkan catatan sejarah, Mbed-Mbedan juga terkait dengan perselisihan di Kerajaan Waturenggong yang menyebabkan anggota keluarga kerajaan mencari tempat aman. Salah satunya adalah putri raja, Dewa Ayu Laksmi, yang direncanakan untuk dipersunting oleh kaum bujangga waisnawa.

"Kini, Mbed-Mbedan terus menjadi simbol kebersamaan dan warisan budaya yang tetap lestari," tutupnya.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami