search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Menjaga Harga Tetap Waras, Saat Jalan Utama Amblas di Tengah Krisis Cuaca
Sabtu, 12 Juli 2025, 06:00 WITA Follow
image

bbn/dok beritabali/Menjaga Harga Tetap Waras, Saat Jalan Utama Amblas di Tengah Krisis Cuaca.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Menjaga harga tetap terkendali bukan sekadar urusan pasar dan angka statistik. Di lapangan, stabilitas harga juga sangat ditentukan oleh kondisi cuaca dan infrastruktur. 

Inflasi Denpasar per Juni 2025 tercatat sebesar 3,30 persen (year on year), naik dibanding bulan sebelumnya. Tetapi angka ini belum mencerminkan sepenuhnya tekanan yang mungkin datang di Juli.

Salah satu risiko nyata adalah amblasnya jalan nasional di Bajera, Tabanan, pada awal Juli 2025. Jalan ini bukan jalur biasa. Ini adalah urat nadi utama distribusi barang dari Pelabuhan Gilimanuk ke Kota Denpasar, Badung, Gianyar, dan sekitarnya. 

Ketika akses ini terputus, konsekuensinya langsung terasa di pasar: keterlambatan pasokan, kenaikan ongkos angkut, dan potensi lonjakan harga pangan serta bahan pokok lainnya.

Jalan Amblas: Biaya Logistik Naik, Harga Ikut Terdongkrak

Menurut Apindo Bali, gangguan ini berdampak langsung terhadap biaya logistik yang melonjak hingga 10 persen. Barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak, sayur, dan gas harus dialihkan lewat jalur alternatif yang lebih jauh dan sempit—dari utara via Bedugul atau selatan via Pupuan. Akibatnya, barang sampai lebih lama dan lebih mahal.

Kondisi ini semakin memperparah tekanan harga yang sebelumnya sudah dipicu oleh cuaca ekstrem. Hujan deras memengaruhi hasil panen hortikultura dan distribusi canang sari, cabai rawit, sayuran, serta komoditas makanan jadi yang dominan membentuk inflasi bulan lalu.

Pemerintah Bergerak Cepat, Tapi Masih Ada Pekerjaan Rumah

Balai Jalan Nasional bersama Pemprov Bali telah memulai perbaikan struktur jalan yang ambles. Estimasi waktu perbaikan ditargetkan 3–4 minggu, sambil membuka jalur alternatif di belakang Pasar Bajera untuk kendaraan ringan. Distribusi BBM dan sembako pun telah dialihkan lewat rute utara, meski jalur ini rentan kemacetan dan kerusakan baru karena belum siap menampung volume kendaraan berat.

Namun, beberapa hal masih perlu diperkuat untuk memastikan inflasi tidak terlepas dari kendali:

1. Operasi Pasar Intensif. Pemda dan Bulog perlu segera menggelar operasi pasar di titik-titik padat penduduk untuk komoditas utama seperti beras, cabai, minyak goreng, dan telur, guna menahan lonjakan harga akibat gangguan pasokan.

2. Koordinasi Lintas Wilayah. Pemerintah daerah se-Bali perlu membentuk posko logistik terpadu agar distribusi bahan pokok tetap lancar, termasuk prioritas jalan darurat untuk truk distribusi pangan dan BBM.

3. Kontrol Rantai Distribusi. Jalur alternatif bukan hanya soal arah, tapi juga soal pengawasan. Perlu kehadiran aparat untuk mengatur arus, memastikan waktu tempuh efisien, dan menghindari spekulan angkutan yang bisa memicu biaya tambahan di pasar.

4. Penataan Tata Ruang dan Drainase. Jebolnya jalan Bajera diakibatkan gorong-gorong tak sanggup menampung debit air hujan dan beban kendaraan berat. Ini bukan kejadian satu malam, tapi akumulasi kelalaian tata infrastruktur yang akhirnya meledak saat musim ekstrem datang. Evaluasi sistem drainase dan ketahanan struktur jalan harus masuk dalam perencanaan jangka menengah.

Belajar dari Kejadian: Inflasi Itu Juga Soal Resiliensi Infrastruktur

Kerap kali, pengendalian inflasi dipersempit hanya pada pengaturan harga dan stok. Padahal, ketahanan infrastruktur distribusi adalah bagian tak terpisahkan dari pengendalian harga. Jalan yang amblas bisa lebih berbahaya daripada gagal panen satu wilayah, karena menyumbat pergerakan ribuan ton barang.

Jika kita ingin menjaga inflasi tetap dalam kisaran aman, maka respons tidak cukup berhenti pada tambal jalan dan pengalihan rute. Pemerintah daerah harus berpikir ke depan: bagaimana infrastruktur utama bisa dirancang lebih tahan cuaca ekstrem dan sanggup menopang beban distribusi ekonomi yang terus tumbuh.

Mengendalikan inflasi di Juli 2025 tak bisa hanya mengandalkan intervensi pasar. Ini saatnya menjadikan krisis jalan Bajera sebagai peringatan serius: bahwa stabilitas harga juga menuntut investasi serius pada infrastruktur dan respons kebencanaan yang proaktif.

Sebab saat satu ruas jalan utama amblas, yang terdampak bukan hanya pengendara, tapi isi kantong jutaan warga.

Penulis

Dr. Andri Yudhi Supriadi
Kepala BPS Kota Denpasar

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami