Kinerja Dagang China Solid, Ekspor ke Rusia Melejit
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Kinerja perdagangan China pada Juli 2022 melejit di tengah tekanan ekonomi yang masih melanda negara tersebut. Namun, Negeri Tirai Bambu masih perlu waspada. Pasalnya, pandemi Covid-19 masih berpotensi menekan permintaan global, termasuk dari China.
Ekspor naik 18 persen pada Juli 2022 secara tahunan (year-on-year/yoy) senilai US$ 332,96 miliar atau yang tertinggi dalam 7 bulan terakhir. Realisasi tersebut di atas proyeksi pasar yang meramalkan kenaikan ekspor sebesar 15 persen.
Sementara itu, ekspor ke Russia juga melonjak 22,2 persen ke level US$ 6,77 miliar. Kinerja ekspor tersebut menjadi salah satu dari sedikit titik terang bagi ekonomi China pada 2022. Pasalnya, penguncian (lockdown) yang meluas akibat Covid-19 telah menghantam bisnis dan konsumen dengan keras, termasuk pasar properti diterpa krisis.
"Pertumbuhan ekspor China mengejutkan lagi. (Ini) terus membantu ekonomi China di tahun yang sulit karena permintaan domestik tetap lambat," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.
Namun, banyak analis memperkirakan ekspor akan melambat karena ekonomi global terlihat makin cenderung menuju ke perlambatan yang serius, terbebani oleh melonjaknya harga dan kenaikan suku bunga.
Sebuah survei yang dirilis pekan lalu menunjukkan permintaan melemah pada Juli, dengan pesanan dan indeks output turun ke level terlemah sejak awal pandemi Covid-19 pada awal 2020.
Survei manufaktur resmi China mengindikasikan aktivitas terkontraksi bulan lalu, meningkatkan kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi akan lebih lambat dan menantang dari proyeksi sebelumnya.
Adapun, terdapat tanda-tanda bahwa gangguan transportasi dan rantai pasokan yang disebabkan oleh pembatasan Covid terus mereda, tepat pada persiapan pengiriman pada puncak permintaan belanja akhir tahun.
"Melihat ke depan pada paruh kedua tahun ini, ekspor diperkirakan akan bertahan dalam jangka pendek, tetapi melemahnya permintaan eksternal dapat menekan mereka pada kuartal keempat," kata analis senior di Zhixin Investment Research Institute Chang Ran.
Senada, GM Nicesoul Jin Chaofeng menilai eksportir China menghadapi tantangan yang meningkat.
"Saya sangat khawatir tentang dampak melonjaknya inflasi AS dan meningkatnya ketegangan China-AS pada pesanan ekspor kami," tuturnya.
"Jika tarif pembalasan seperti di era Trump terjadi lagi, itu akan memberikan pukulan bagi bisnis kami," imbuhnya.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net