Biden: Putin Brutal ke Ukraina Karena Rusia Sedang Genting
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menilai saat ini Presiden Rusia Vladimir Putin berada "dalam posisi yang sangat sulit" menyusul kemunduran yang dialami pasukannya dalam melancarkan invasi di Ukaina.
Menurut Biden posisi tertekan itu membuat Putin dengan mudah menggunakan tindakan brutal terhadap warga Ukraina.
"Saya pikir Vladimir Putin menemukan dirinya dalam posisi yang sangat sulit dan apa yang saya lihat adalah tampaknya satu-satunya cara yang memungkinkan baginya adalah untuk secara brutal menganiaya warga Ukraina untuk mencoba mengintimidasi mereka agar menyerah," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu (19/10) seperti dikutip Reuters.
Pernyataan itu diutarakan Biden ketika eskalasi invasi di Ukraina kembali memanas di mana pasukan Rusia kembali membombardir sejumlah kota besar, termasuk Ibu Kota Kyiv.
Di hari yang sama Putin juga mendeklarasikan status darurat militer terhadap empat wilayah Ukraina yang Rusia caplok beberapa waktu terakhir.
Dalam pidato yang disiarkan televisi di depan Dewan Keamanan Nasional pada Rabu (19/10), Putin memberikan kewenangan lebih kepada gubernur regional Rusia dan memerintahkan pembentukan dewan koordinasi khusus di bawah Perdana Menteri Mikhail Mishustin demi memperkuat strategi perang.
Dengan kewenangan itu, para pemimpin dari lebih 80 wilayah Rusia bisa melakukan apa saja untuk melindungi fasilitas penting dan strategis serta menjaga ketertiban umum hingga meningkatkan produksi untuk mendukung perang.
"Seluruh sistem administrasi negara, tidak hanya badan keamanan khusus saja, harus diarahkan untuk mendukung operas militer khusus (Rusia di Ukraina)," kata Putin.
Dekrit Putin itu juga memerintahkan "mobilisasi ekonomi" di delapan wilayah Rusia yang berbatasan dengan Ukraina, termasuk Crimea yang dicaplok Moskow pada 2014.
Mobilisasi ekonomi menempatkan delapan wilayah itu satu tingkat di bawah darurat militer. Ini memungkinkan pemerintah membatasi pergerakan orang di daerah-daerah tersebut.
Namun, belum jelas seberapa cepat atau efektif darurat militer dan mobilisasi ekonomi ini bisa membantu pasukan Rusia dan membalikkan situasi di medan perang.
Sejumlah pihak menilai itu merupakan bentuk keputusasaan Putin.
Pemerintah bentukan Rusia di kota utama di wilayah Ukraina yang dicaplok, Kherson, juga dilaporkan kabur pada Rabu (19/10), saat gempuran pasukan rezim Presiden Volodymyr Zelensky kian garang.
"Seluruh pemerintahan sudah pindah hari ini," ujar kepala pemerintahan bentukan Rusia di Kherson, Vladimir Saldo, seperti dilansir AFP.
Pemerintah juga berencana untuk mengevakuasi 50-60 ribu warga dari Kherson ke sisi kiri Sungai Dnipro dalam enam hari ke depan.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net