BRI Liga 1, Dukung Modal UMKM untuk Pelestarian Budaya Lokal
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.
Bank Rakyat Indonesia yang dikenal sebagai bank plat merah mendekatkan layanan hingga wilayah skup desa.
Hal ini tidak terlepas dari visinya sebagai bagian dari pelaku usaha Menengah Kecil dan Menengah (UMKM) agar tumbuh dan berkembang, naik level menjadi skala industri.
Selain sokongan modal, BRI pun turut mengambil peran dalam menjaga kelestarian budaya lokal, khususnya di Bali yang sangat lekat dengan unsur budaya yang kental. Seperti bantuan modal yang digelontorkan pada 2 pelaku UMKM di Klungkung, yakni Sinar Pande Rumah Wayang Kamasan yang memproduksi lukisan Wayang Kamasan dan Mahaayu Yadnya, yang bergerak dalam industri kerajinan uang kepeng.
Sinar Pande Rumah Wayang Kamasan yang didirikan Wayan Pande Sumantra dan istrinya, Made Sinarwati sejak tahun 1997 hingga sekarang berlokasi di Banjar Pande Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung.
Selain memproduksi lukisan wayang Kamasan juga produk kerajinan lain seperti alat-alat upacara, kipas, tas, sandal dan produk lainnya dengan tetap bertema lukisan Wayang Kamasan.
Tempat Workshop yang di tempatnya juga digunakan sanggar menggambar dan mewarnai bagi anak-anak yang tertarik untuk belajar mengenai teknik menggambar termasuk teknik menggambar wayang Kamasan. Saat ini, kata Pande, sebanyak 35 anak yang sudah tertarik ikut belajar menggambar Wayang Kamasan.
"Ini upaya untuk regenerasi agar lukisan Wayang Kamasan tidak hilang begitu saja ditelan zaman global yang kini sudah serba digital, olahan seni keterampilan tangan jarang diasah," tuturnya saat dikunjungi tim media trip BRI Liga 1, Minggu (27/2/2022).
Sebelum pandemi covid-19, Pande mengungkap tempat workshop juga kerap didatangi wisatawan mancanegara (wisman) baik untuk sekedar mengenal ataupun tertarik hingga membeli langsung produknya. Hal itu ia lakukan bekerjasama dengan travel agent untuk dijadikan satu paket perjalanan.
"Kami tawarkan kepada wisman apakah memang mereka sambil makan disini nantinya atau hanya untuk belajar melukis," kata istri Pande, Sinarwati.
Awalnya pasutri ini mengandalkan bantuan permodalan dari Bank BRI cabang Klungkung Rp3 juta di tahun 1997 dalam bentuk pinjaman kupedes. Setelah dinilai perkembangan usahanya tumbuh secara bertahap tiap tahun, hingga saat ini mereka juga memeperoleh pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI Unit Gelgel senilai Rp50 juta.
Untuk pemasarannya, Pande menuturkan selama ini banyak dilakukan dengan pameran dan pesanan langsung, serta reseller. Namun, semenjak pandemi, dia juga mulai menggeluti pemasaran secara online. Harga lukisan Kamasan yang dijual variatif mula berkisar Rp2 juta hingga Rp20 juta tergantung ukuran dan tingkat kerumitan.
Pande yang belajar melukis dari pamannya yang merupakan maestro Wayang Kamasan Nyoman Mandra, mengaku tetap memperjuangkan lukisan Wayang Kamasan untuk pelestarian budaya di masa depan lewat sanggarnya. Karena, menurutnya saat ini banyak pelukis Wayang Kamasan yang rata-rata sudah berusia 50 tahun ke atas.
"Saya perjuangkan untuk Wayang Kamasan hanya untuk pelestarian saja pak, untuk biaya saya tanggung sendiri, mereka gratis belajar disini," katanya.
Kerajinan Uang Kepeng
Senada dengan Sinar Pande Rumah Wayang Kamasan, Mahaayu Yadnya, yang memproduksi kerajinan uang kepeng didirikan I Komang Mahayana di rumahnya di Perumahan Srikandi Permai Jalan Kenyeri, Klungkung.
Ia mengawali usahanya pada tahun 2016 bersama Istri, Ni Kadek Ayu Srianti. Ia berprinsip awalnya usaha ini bukan bisnis semata, melainkan yadnya yang artinya karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena panggilan kehidupan yang didasarkan dharma, sesuai dengan ajaran Hindu.
"Biasanya ramai pesanan saat bulan 4 karena mulai banyak upacara agama, karena memang kebutuhan utama saat upacara keagamaan," ujarnya.
Mahayana membuka bisnisnya berawal dari ilmu dan pengalaman yang didapatkan ketika bekerja dengan perusahaan uang kepeng Bali yang berlokasi di kamasan. Melihat peluang bisnis yang didapat dan keterampilan yang dimiliki maka ia bertekad untuk mengelola usahanya sendiri dengan mengandalkan 2 orang pengrajin.
Hasil produksi kerajinannya, ia jual ke pelanggan di Pasar Seni Klungkung dan pelanggan dari berbagai daerah yang sudah memesannya. Merasa perlu untuk mengembangkan usahanya tetapi terbentur dengan modal usaha yang terbatas, Pak Komang kemudian memanfaatkan fasilitas pinjaman KUR dari BRI Unit Klungkung dengan plafond awal sebesar Rp 25.000.000,-
Seiring berjalannya waktu dan usaha berkembang, Tahun 2022 ia berencana untuk merenovasi rumahnya yang sekaligus akan dijadikan workshop pengrajin uang kepeng. Ybs kemudian mengajukan pinjaman KUR di BRI Unit Klungkung dengan plafon sebesar Rp 100 juta.
Selain memenuhi pesanan secara langsung, ia juga melayani pembelian barang secara online dengan pemasaran yang dilakukan melalui media sosial atau market place.
Reporter: bbn/rob