search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dewa Radit Nyambi Jualan Bumbu Rajang untuk Kuliner Khas Bali
Senin, 25 Juli 2022, 15:20 WITA Follow
image

beritabali/ist/Dewa Radit Nyambi Jualan Bumbu Rajang untuk Kuliner Khas Bali.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

I Dewa Made Merta atau Dewa Radit mencoba peruntungan menjadi pengusaha bumbu rajang untuk aneka olahan makanan Bali. 

Pria yang kesehariannya jual beli elektronik asal Banjar Tri Wangsa, Desa Siangan, Gianyar menyatakan ide awal muncul karena senang memasak. Pekerja itu pulang kerja, dia mencoba merajang sedikit dimulai dari setengah kilo. 

“Sampai akhirnya 3 kilo. Kami buat kemasan Rp 5.000. Daya tahan seminggu. Kalau ditaruh di kulkas bisa sebulan,” ujarnya.

Dimulai setahun lalu, karena senang memasak dan memanfaatkan waktu sepulang kerja. Dengan modal awal dari bahan bumbu hingga plastik kemasan mulai Rp 150.000-200.000. 

“Sekarang lihat rasa dulu. Kami berusaha rasa sekarang dan besok agar sama. Biasanya cenderung konsumen mencoba, ketika cocok, mereka terus mencoba,” ujar dia.

Dia menjual berbagai kemasan eceran Rp2.000, kemasan Rp5.000. 

“Konsumen dari pedagang lawar membeli sekilo dua Kilo. Saya bisa membawakan, namun harus sejalur dengan tempat saya di Kintamani,” jelasnya.

Untuk cita rasa, diakui hampir rasa. “Namun komposisi yang beda. Misalnya campuran isen yang membedakan. Ini bumbu sudah digoreng, tinggal dipakai,” jelasnya.

Bumbu jadi yang dijual itu cocok untuk membuat segala masakan, nyat-nyat, lawar dan lainnya. 

“Tinggal diaduk dan ditambah cabe,” jelasnya.

Dikatakan untuk pengusaha pemula, membuat guling samsam, juga cocok digunakan. 

“Kami memberikan servis, bahwa bumbu ini praktis dari segi waktu, ngerajang bisa setengah jam,” jelasnya.

Harapan ke depan, agar ada tambahan memanfaatkan waktu luang. “Ini untuk membeli beras,” jelasnya.

Kendala yang dihadapinya adalah harga bahan baku yang fluktuatif. 

“Sekarang bawang merah dan cabai masih mahal. Cuma untuk mulai usaha cocok ketika barang mahal, ketika harga bahan murah, jadi tinggal kurangi volume saja,” tutupnya. 

Editor: Robby

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami