search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lansia Jepang Kompak Mau Masuk Penjara Gegara Ini
Minggu, 4 Juni 2023, 15:25 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Lansia Jepang Kompak Mau Masuk Penjara Gegara Ini

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Jepang saat ini mengalami persoalan demografi, karena populasi menua terus bertambah, sementara angka kelahiran menurun. Sayangnya kehidupan para lansia di Negeri Matahari Terbit ini jauh dari kata sejahtera.

Merujuk data Badan Pusat Statistik Jepang, terdapat 36,3 juta atau 28,95 persen warga berusia 65 tahun ke atas. Dari angka tersebut, jika dipecah lagi maka diketahui ada 90.000 centenarian atau manusia langka berumur 100-an tahun di Jepang. Proporsinya menjadi rekor tertinggi di dunia, yakni per 100.000 orang terdapat 54 centenarian.

Diantara beberapa populasi lansia di Jepang diketahui tidak produktif secara ekonomi, sehingga dihadapkan pada tingginya tuntutan hidup.

Mahalnya biaya tinggal, tingginya biaya layanan kesehatan, dan terjerat kesepian akibat ditinggal keluarga pada akhirnya membuat mereka stres. Karena kembali bekerja dan menghamba pada pemerintah tidak lagi mungkin, maka satu-satunya cara terbaik adalah berbuat kriminal supaya masuk penjara.

Menurut laporan pemerintah pada 2021 yang dikutip The Economist, dilaporkan jumlah pelaku kriminal di atas usia 65 tahun telah meningkat lebih dari dua kali lipat selama 20 tahun terakhir.

Secara persentase, sebagaimana dilaporkan Reuters, jumlah tersebut sebetulnya mengalami peningkatan 7% dari satu dekade sebelumnya.

Di 2006 misalnya, The Guardian melaporkan bahwa tahanan berusia 60 tahun ke atas berjumlah 28.892 orang atau 12% dari keseluruhan tahanan berjumlah 80.000. Angka ini meningkat drastis dari tahun 2000 yang hanya 9.478 orang. 

Menurut BBC International, para lansia menganggap penjara adalah tempat menyambung hidup terbaik. Pasalnya, di balik jeruji besi, mereka bisa memperoleh tempat tinggal, mendapat layanan kesehatan 24 jam, dan terpenting, kebutuhan hidup dasar dapat terpenuhi.

Memang, mereka tidak mendapat kebebasan. Tapi, di penjara, warga dijamin pemerintah.

Sengaja Ingin Dipenjara

Seorang kakek berusia 64 tahun bernama Toshio Takata secara sengaja ingin dipenjara. Toshio awalnya seorang pensiunan yang tinggal seorang diri. Namun, uang pensiun yang didapat tak bisa menutupi besarnya biaya hidup.

Setelah kocar-kacir cari nafkah dan gagal, Toshia putus asa dan punya rencana cerdik. Dia ingin mencuri sepeda, lalu secara sukarela menyerahkan diri kepada polisi. Sekali waktu, dia sungguh melakukan itu dan berhasil.

"Lihat, saya mengambil sepeda ini," katanya kepada polisi, saat menceritakan ulang ke BBC International.

Meski tergolong kecil, polisi sangat serius menindaknya. Hasilnya pun sesuai harapan, sang kakek dipenjara setahun. "Saya bisa makan dan tinggal secara gratis," kata Toshio tanpa rasa bersalah.

Setelah setahun dan bebas, Toshio malah ketagihan hidup di penjara. Dia lagi-lagi punya rencana jahat dan berhasil ditindak.

Kali ini dia super bahagia karena bisa menghabiskan waktu di penjara lebih lama. Di hukuman kedua, polisi menghukumnya delapan tahun penjara karena melakukan pengancaman dengan senjata.

"Saya menyukai karena bisa tinggal gratis. Bahkan setelah keluar nanti, saya punya uang banyak karena dana pensiun saya tidak terpakai oleh kebutuhan di rumah," ujar kakek berusia 64 tahun itu.

Jika kasus Toshio didasarkan pada masalah finansial, maka kasus yang menjerat para perempuan lansia lain cerita. Perlu diketahui, mayoritas tahanan lansia adalah perempuan.

Kantor berita NHK menulis mayoritas kasus para nenek 90 persen adalah pencurian. Mereka secara sukarela masuk penjara karena kesepian, bisa karena ditinggal keluarga atau cerai.

Ambil contoh cerita Takako Suzuki. Perempuan berusia 76 tahun itu rela masuk penjara karena menganggap hidupnya di sana bisa bahagia.

Sebelum menjadi terdakwa, Takako punya suami dan dua anak yang sudah bekerja. Kesibukan anaknya dan suami yang sudah tiada membuat dia merasa kesepian, yang membuatnya nekat melakukan aksi pidana dan mencapai yang dia inginkan, yakni masuk penjara.

Saat ditahan, polisi mendiagnosis dia terkena demensia, sehingga dia dibebaskan setelah enam hari ditahan. Namun, setelahnya dia justru kembali ingin masuk penjara dengan mencuri.

Kepada NHK, Takako cerita saat di penjara kualitas hidupnya meningkat. Dia tak lagi kesepian, bisa ngobrol bareng tahanan lain, melakukan kegiatan keterampilan, dan mendapat pengobatan fisioterapi secara gratis.

"Saya lebih baik dan suka di sini. Sangat senang," kata Takako.

Kisah Toshio dan Takako berujung pada lahirnya 'lingkaran setan' yang tak berujung. Dalam laporan The Economist lagi, Jepang awalnya cukup keras terhadap narapidana.

Namun, karena beberapa tahun terakhir mayoritas diisi tahanan lansia, maka pemerintah melunak. Mereka kemudian menjadikan penjara sebagai rehabilitasi.

Masalahnya, dengan pola pikir "penjara membawa kesejahteraan", para lansia malah betah dan menganggap penjara sebagai panti jompo. Akibatnya, kasus ini pun tak akan selesai.(sumber: cnbcindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami