search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Misteri Terlihat Ada 'Mata' dari Luar Angkasa di Gurun Sahara
Minggu, 5 Februari 2023, 14:23 WITA Follow
image

beritabali.com/kompas.com/Misteri Terlihat Ada 'Mata' dari Luar Angkasa di Gurun Sahara

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Ada fenomena dengan bentuk aneh yang cukup menyita perhatian di Gurun Sahara, Afrika. Formasi tersebut menyerupai mata dan bahkan bisa terlihat dari luar angkasa dan dikenal dengan julukan Mata Sahara. 

Akan tetapi, seperti apa Mata Sahara, fenomena geologi dengan bentuk misterius yang membentang dengan diameter 50 Km itu? Dikutip IFL Science, Selasa (24/1/2023) para ahli geologi awalnya percaya bahwa Mata Sahara atau Richat Structure sebagai kawah hasil tubrukan asteroid yang sangat besar. Beberapa orang bahkan masih meyakini bahwa struktur formasi geologi yang terlihat dari luar angkasa tersebut sebenarnya adalah sisa-sisa kota Atlantis yang hilang, karena bentuk Mata Sahara yang melingkar dikatakan menyerupai tanah yang dijelaskan oleh Plato. 

Misteri terbentuknya Mata Sahara Namun studi misteri Mata Sahara yang lebih lanjut tentang batuan sedimen yang membentuk kubah pusat menunjukkan bahwa tanggal pembentukannya terjadi pada masa Proterozoikum akhir, antara 1 miliar hingga 542 juta tahun yang lalu. 

Struktur yang tampak pada Mata Sahara tersebut, kemungkinan besar terbentuk melalui proses yang disebut 'pelipatan', menciptakan apa yang disebut dengan antiklin simetris. 

Lipatan terjadi ketika gaya tektonik yang bekerja dari kedua sisi menekan batuan sedimen. Jika batuan dingin dan rapuh, itu dapat patah tetapi jika cukup hangat itu akan menjadi lipatan. 

Lipatan ke atas disebut antiklin sedangkan lipatan ke bawah disebut sinklin. Kendati demikian dalam makalah tahun 2014 yang dipublikasikan dalam Journal of African Earth Sciences, peneliti mengusulkan penjelasan formasi yang sama sekali untuk Mata Sahara. 

Kehadiran batuan vulkanik dikatakan menunjukkan bukti batuan cair yang didorong ke permukaan, menyebabkan bentuk kubah sebelum akhirnya terkikis menjadi bentuk yang seperti terlihat sekarang. Makalah tersebut mengusulkan pemisahan superbenua Pangea mungkin telah berperan dalam formasi vulkanik dan pergeseran tektonik ini.

Lebih lanjut mengenai struktur Mata Sahara itu sendiri, terdiri dari campuran batuan sedimen dan batuan beku. Sementara erosi di seluruh permukaan struktur mengungkapkan batuan riolit halus dan gabro kristal kasar yang telah mengalami perubahan hidrotermal. 

Jenis batuan yang ditemukan di seluruh cincin terkikis dengan kecepatan berbeda, menciptakan pola warna berbeda di seluruh permukaan. Sedangkan fragmen besar batuan sedimen bersudut tajam yang disebut megabreccia menambah ketidakteraturan warna-warni yang berputar-putar yang membentuk formasi. 

Pusat kubah berisi paparan batu kapur-dolomit dengan breksi selebar satu kilometer, tanggul cincin, dan batuan vulkanik alkali. Struktur geologis yang kompleks ini telah membingungkan dan menarik para ahli geologi sejak penemuannya, dan masih dianggap sebagai salah satu fitur geologis yang paling mengesankan di dunia. 

Dengan demikian, pada tahun 2022 ini menjadi salah satu dari 100 situs warisan geologi pertama yang diakui oleh International Union of Geological Science (IUGS). Karena ukurannya yang luas, Mata Sahara paling baik dilihat dari tempat yang sangat tinggi seperti dari luar angkasa. 

Jadi untuk saat ini kita harus mengandalkan citra satelit untuk menikmati semua kemegahannya.(sumber: kompas.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami